KBRN, Jakarta: Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi meminta pada jajarannya agar kapasitas produksi budidaya sorgum pengganti gandum bisa ditingkatkan. Minimal, sekitar 400-500 hektare sesuai dengan skala kebutuhan pabrik.
“Skala pabrik itu minimal 400-500 hektare lah, pabrik kecil. jangan 5 hektare – 10 hektarea – 100 hektrea ya, jadi diperluas,” ungkapnya dalam diskusi bertajuk Pendampingan Budidaya Sorgum dari Hulu sampai Hilir di Jakarta, Selasa (9/8/2022).
Suwandi menjelaskan, bila kapasitas produksi sudah mencapai skala pabrik maka hilirisasi menjadi lebih jelas. Sehingga tidak ada lagi hasil panen di daerah yang habis hanya untuk pakan ternak saja karena tidak ada offtaker.
“Kami sudah mapingkan itu beberapa daerah sudah mencoba, itu sekalanya hulu-hilirnya sudah jelas,” papar dia.
Adapun harga sorgum menurutnya kini ada di kisaran Rp 3.500/Kg, bahkan beberapa daerah sudah naik di angka Rp 5.000/Kg dari hasil petani. Belum lagi kata dia bila sorgum ini diolah menjadi produk turunannya, seperti tepung.
Maka dengan sendirinya komoditas ini akan menjadi kompetitif di pasaran.
“Padahal luar biasa dari pohon industrinya minimal ada 16 produk turunan dari sorgum. Ini yang harus di dorong, makanya konsep offstaker hilirisasi, ada industrinya. Jangan membangun kawasan tapi gak ada pabriknya, kasian petani harga gak masuk,” tandasnya.
Diketahui, harga gandum dunia melonjak imbas perang Rusia – Ukraina. Guna mengantisipasinya pemerintah mendorong peningkatan budidaya sorgum menjadi subtitusi dari gandum.