KBRN, Jakarta: Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak masyarakat untuk mencintai produksi pertanian dalam negeri di tengah ancaman krisis pangan yang terjadi di dunia.
Sehingga bila, selama ini masyarakat bergantung dengan gandum yang kini harganya naik, bisa menggantinya dengan pangan lokal.
“Kalau kita selama ini tergantung dengan gandum harga naik tinggi, apa yang harus dilakukan?. Cintai konsumsi pangan lokal, cintai produksi dalam negeri,” kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi, dalam diskusi bertajuk Pendampingan Budidaya Sorgum dai Hulu sampai Hilir di Jakarta, Selasa (9/8/2022).
Suwandi mengatakan, sejak tahun 1976-an gandum masuk ke Indonesia membuat eksistensi komoditas lokal menyusut. Padahal, menurutnya panganan lokal memiliki peluang yang banyak.
Ia mencontohkan, bila komoditas kedelai digempur impor membuat semangat petani menurun. Hal ini berimbas pada menyempitnya luasan lahan pertanian kedelai.
Akibatnya, membuat harganya menjadi tidak kompetitif sampai akhirnya lebih murah impor.
Adapun sejumlah panganan pengganti gandum meliputi, sorgum, singkong, sagu dan yang lainnya.
“Subtitusi gandum, satu singkong, kedua sorgum yang kita bahas ini, ketiga sagu dan pangan lokal lainnya, hotong, hanjeli di beberapa daerah ubi jalar, kemudian talas, sukun juga ada,” ujarnya.
Diketahui, harga gandum dunia melonjak imbas perang Rusia-Ukraina. Guna mengantisipasinya, pemerintah mendorong peningkatan budidaya sorgum menjadi subtitusi dari gandum.