Beranda Berita Subang Kelangkaan Pupuk di Subang Jadi Dilema Bagi Petani

Kelangkaan Pupuk di Subang Jadi Dilema Bagi Petani

suarasubang.com – Hampir setiap musim tanam, kelangkaan pupuk bersubsidi menjadi dilema bagi para petani di Subang.

Pupuk murah yang seharusnya tersedia untuk mereka malah hilang di pasaran, memaksa petani membeli pupuk nonsubsidi yang jauh lebih mahal.

Saat permintaan pupuk meningkat sementara pasokan tetap, harga seharusnya stabil. Namun, terdapat kebocoran dan penyelewengan distribusi pupuk bersubsidi, mengakibatkan petani harus membeli pupuk nonsubsidi dengan harga berkali-kali lipat dari pupuk subsidi.

Biaya produksi yang tinggi merugikan petani, dan mahalnya harga pupuk bisa mengakibatkan berkurangnya produktivitas hasil panen.

Ini menciptakan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan, mempengaruhi harga gabah dan beras di pasaran.

Sejumlah usulan reformasi kebijakan pupuk bersubsidi mencuat, termasuk mengubah skema subsidi menjadi bantuan tunai langsung kepada petani.

Pengusutan tuntas terhadap dugaan penyelewengan distribusi pupuk juga dianggap sebagai langkah konkret yang harus segera dilakukan.

Dengan tingginya harga beras dan dampaknya pada rakyat, reformasi total pada kebijakan pupuk bersubsidi menjadi sangat penting.

Langkah ini diharapkan dapat memastikan anggaran negara benar-benar sampai kepada petani yang membutuhkan bantuan sarana produksi pertanian.

Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Menghantui Petani Subang

Petani di Kabupaten Subang, Jawa Barat, mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi.

BACA JUGA:  Dukung Internalisasi AKHLAK, DAHANA Hadiri Len Culture Festival

Seperti dikutip dari investor.id, keluhan ini khususnya datang dari wilayah Subang Selatan, terutama di Desa Sagalaherang Kaler, Kecamatan Sagalaherang.

Pupuk bersubsidi yang sulit didapatkan menyulitkan petani dalam memupuk lahan persawahan mereka.

Jumlah pupuk bersubsidi yang diberikan pemerintah juga semakin dibatasi, memaksa petani untuk mencari cara alternatif.

Salah seorang petani, Dedi Suhardi (55) dari Desa Sagalaherang Kaler, menyatakan bahwa pada tahun 2024 mereka menghadapi kesulitan besar dalam mendapatkan pupuk bersubsidi. Situasi ini memberikan beban tambahan karena harga pupuk non-subsidi lebih tinggi dan pembelian dibatasi.

Sebelum adanya pembatasan, petani biasanya mendapatkan jatah hingga enam kuintal pupuk per hektare, tetapi sekarang terbatas hanya dua kuintal.

Dedi menyebutkan bahwa hal ini berdampak signifikan pada hasil tanaman, dengan penghasilan yang turun drastis.

Dedi juga tidak mengetahui secara pasti mengenai kelangkaan pupuk bersubsidi ini dan berharap agar situasi segera normal kembali.

Para petani berharap pemerintah dan pihak terkait memberikan pelayanan terbaik, dengan pemenuhan pupuk bersubsidi tanpa adanya pembatasan pembelian.

Situasi ini menjadi tantangan serius bagi para petani di Subang, yang berharap agar pasokan pupuk kembali normal dan harga stabil untuk meringankan beban mereka dalam mengelola lahan pertanian.

BACA JUGA:  Dekranasda Subang Kenalkan Songket Sieup Serat Nanas sebagai Produk Unggulan

Tudingan Terhadap Kecurangan Distribusi Pupuk

Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto sempat mengungkapkan keprihatinan serius terkait kecurangan dalam distribusi pupuk bersubsidi, yang menurutnya menjadi penyebab utama kesulitan petani dalam mendapatkan pupuk.

Dalam acara Trimegah Political and Economic Outlook 2024 di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, 31 Januari 2024 lalu Prabowo menuding adanya permainan dan ketidakefisiensi dalam penyaluran pupuk subsidi.

Menurutnya, hal ini menjadi hambatan besar bagi petani yang mengalami kesulitan mendapatkan pupuk yang sangat dibutuhkan.

Ia menilai perlunya penanganan serius terhadap masalah pangan di Tanah Air. Ia khususnya menyoroti petani di Pulau Jawa yang, menurutnya, perlu dibantu melalui intensifikasi.

“Dalam administrasi dan pelaksanaannya, terdapat permainan dalam distribusi pupuk bersubsidi yang membuat petani kesulitan mendapatkannya,” ungkap Prabowo.

Ia menambahkan, “Kita harus menyederhanakan semua proses ini agar efisien. Jangan biarkan terlalu banyak pihak di tengah yang memanfaatkannya, karena akhirnya, kita berpotensi menghadapi krisis pangan.”

Prabowo memandang bahwa pemerintah memiliki peran penting dalam membantu petani melalui ketersediaan benih, pupuk, dan pestisida.

Namun, ia memberikan catatan bahwa adanya oknum yang memanipulasi distribusi pupuk bersubsidi menjadi kendala serius dalam pasokan pupuk kepada petani.

BACA JUGA:  Kunjungan Kerja Pj. Bupati Subang Tinjau Proyek Infrastruktur di Subang Selatan

Ungkapan Prabowo Subianto mencerminkan perhatian mendalam terhadap situasi petani dan kebutuhan mendesak untuk merumuskan solusi efektif guna mengatasi kelangkaan pupuk di Indonesia.

DPR RI Soroti Kelangkaan Pupuk Subsidi

Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet pun mengungkapkan keprihatinannya terkait kelangkaan pupuk subsidi dan meminta pemerintah untuk meningkatkan anggaran pupuk subsidi.

Dalam pernyataan tertulis, Slamet menyoroti ketidakseriusan pemerintah dalam menangani permasalahan ini.

Slamet dengan tegas mengkritik alokasi anggaran pupuk subsidi yang dinilainya tidak mencukupi.

Anggaran sebesar Rp26 triliun pada 2024, menurutnya, hanya memenuhi sepertiga dari total kuota pupuk subsidi nasional yang mencapai Rp70 triliun. Dalam pandangannya, anggaran yang terbatas ini tidak efisien untuk mengatasi kelangkaan pupuk subsidi.

Menurut Slamet, pemerintah cenderung lebih fokus pada proyek-proyek strategis nasional seperti Ibu Kota Negara (IKN), kereta cepat, dan mobil listrik daripada memprioritaskan kebutuhan petani.

Ia menekankan perlunya peningkatan anggaran pupuk subsidi menjadi Rp70 triliun agar kebutuhan petani terpenuhi.

Terlepas dari permasalahan dan penyelesainnya di level atas, saat ini petani di Subang tengah kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Lantas, apakah ada oknum yang melakukan kecurangan dalam distribusi pupuk bersubsidi?