SUBANG – Di tengah gempuran pabrik dan polusi, ada satu suara yang berseru lantang dari Aula BP4D Subang. Suara itu datang dari Kang Rey—sapaan akrab Bupati Subang, Reynaldy Putra Andita—yang tengah semangat menyuarakan satu hal: anak muda harus balik ke sawah!
Dalam forum District Multi-Stakeholders Forum (DMSF) Program YESS yang digelar Selasa (24/6/2025), Kang Rey dengan nada khasnya yang blak-blakan namun membumi mengatakan, “Kita sedang mengalami degradasi untuk para petani kita di mana sudah sangat jarang rasa-rasanya anak-anak muda kita yang ingin berkecimpung di dunia pertanian.”
Bayangkan, sawah makin luas tapi minatnya makin menciut. Ini seperti punya nasi padang tapi tak ada yang mau makan. Padahal, Program YESS—singkatan dari Youth Entrepreneurship and Employment Support Services—ini bukan sembarang program. Ini kerja sama antara Kementerian Pertanian dan IFAD (International Fund for Agricultural Development) untuk memompa semangat dan kemampuan anak muda agar mau bertani dengan gaya.
“Bagaimana produktivitas pertanian kita menurun? Selain faktor lahan, cuaca, salah satunya menurut saya juga yaitu para petani yang sudah tidak lagi seperti dulu,” lanjut Kang Rey dengan nada prihatin namun penuh harap.
Masih dalam forum yang dihadiri berbagai pihak itu, Kang Rey kembali mengingatkan bahwa Subang itu bukan kota biasa. Ini tanah lumbung padi nasional, penjaga perut rakyat! “Kita ingin mulai menunjukan lagi jati diri Kabupaten Subang maupun Provinsi Jawa Barat selaku penjaga pertahanan pangan yang ada di Indonesia,” tuturnya.
Harapannya jelas: Program YESS bisa menjadi semacam “kompor gas” bagi anak muda. Bukan hanya untuk turun ke sawah, tapi juga bikin inovasi yang kece. Dari traktor pintar sampai pupuk ala startup, semuanya mungkin kalau generasi muda mau turun tangan.
Kang Rey pun menyinggung betapa selama ini pertanian masih belum dianggap cuanable alias menguntungkan. “Bagaimana meningkatkan, betul-betul meningkatkan minat anak-anak muda kita untuk bisa berkebun dan bertani,” ujarnya.
Tak berhenti di situ, ia juga yakin bahwa generasi petani baru akan membawa segudang inovasi-renovasi yang bukan hanya sekadar gimmick, tapi punya nilai ekonomi nyata. “Inovasi-renovasi dan bisa memberikan nilai ekonomi juga untuk masyarakat sekitarnya,” tegasnya.
Sebagai penutup, Kang Rey menekankan pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi anak muda usia produktif. “Bagaimana kita hari ini sudah mulai fokus memberikan pendidikan yang khususnya kepada anak kita yang usia produktif dan belum bekerja,” pungkasnya.
Jadi, siap-siap ya anak muda Subang! Karena jadi petani zaman sekarang bukan cuma soal cangkul dan lumpur, tapi juga soal inovasi, ekonomi, dan… gaya hidup berdaulat pangan!