SUBANG — Kalau sore hari Anda berniat menikmati sunset di pesisir utara Subang, siap-siap kecewa. Karena bukannya langit jingga nan romantis, yang datang justru rob — alias air laut nyelonong ke daratan, bawa serta ratusan liter air dan ribuan kecemasan warga.
Sejak dua hari terakhir, banjir rob setia datang sore hari sekitar jam 16.00 dan baru minggat ke laut menjelang pagi. Mirip mantan yang nginep tapi nggak izin. “Banjir rob kembali terjadi, biasanya mulai jam 16.00 sampai pagi hari, baru surut dan terus berulang di hari berikutnya. Sudah dua hari ini,” kata Kepala BPBD Subang, Udin Jazudin, Minggu 6 Juli 2025.
Air laut yang makin semangat menyerbu daratan ini, menurut Udin, telah membasahi dua desa di Kecamatan Legonkulon: Desa Mayangan dan Desa Legonwetan. Tepatnya di dua RT di Mayangan, dan lima RT di Legonwetan. Kalau dihitung-hitung, sekitar 200 bangunan warga sudah ‘berkenalan’ akrab dengan genangan setinggi 20-30 cm. Gratis, tanpa pendaftaran.
Uniknya, warga di sana sudah sedemikian akrabnya dengan rob sa I’mampai-sampai saat ditawari dapur umum dari BPBD, mereka menolak dengan sopan. “Kami kirimkan dapur umum, mereka menolaknya, tapi kami tetap bersiap mengirimkan bantuan apabila warga membutuhkan karena banjir sudah mengganggu nafkah mereka,” ujar Udin.
Tapi jangan salah, bukan berarti mereka tidak butuh bantuan. Warga sudah sampai tahap putus asa dan hanya bisa berharap. Harapannya sederhana: tembok. Ya, tembok penahan ombak — biar si rob nggak seenaknya masuk kampung orang. Tembok ini diharapkan bisa sekaligus jadi perisai dari abrasi yang pelan-pelan menggerus daratan.
Sayangnya, realitasnya belum seindah harapan. “Soal tembok laut, itu belum (ada perkembangan). Bupati sudah bersurat ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), meminta bertemu kepala BNPB. Jadi masih berupa pengajuan, sampai sekarang belum disetujui,” jelas Udin.
Bahkan Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, pun sudah diajak meninjau langsung lokasi di Legonkulon, jauh sebelum rob bulan ini datang. Tapi kabarnya masih sebatas kunjungan dan kenangan.
Data BPBD Subang menyebut, dari lima desa di Kecamatan Legonkulon, empat di antaranya sering jadi langganan rob: Mayangan, Legonwetan, Tegalurung, dan Pangarengan. Luas lahan terdampak sejak 2006 pun tak main-main: total 2.174 hektare! Dari 385 hektare di Mayangan sampai 189 hektare di Legonkulon.
Dan kalau dihitung dengan kalkulator bencana, sebanyak 3.979 warga dari 1.792 keluarga sempat terdampak pada 2024 lalu. Legonwetan jadi ‘juara rob’ dengan korban terbanyak: 2.000 jiwa.
Tapi sampai hari ini, warga di sana tetap bersabar. Mereka terus berharap, berharap, dan berharap… bahwa suatu saat nanti, ombak tak lagi semena-mena. Dan pemerintah, semoga, tidak hanya datang saat air surut dan kamera menyala.