harapanrakyat.com,- Lokasi jalan penghubung antar wilayah yang rusak antara Desa Sugihmukti dengan Desa Tenjolaya Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung, Jawa Barat tidak jauh dari PT Geo Dipa Energi.
PT Geo Dipa Energi ini merupakan badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang eksplorasi dan eksploitasi panas bumi penghasil listrik.
Meski demikian, menurut Kepala Desa Tenjolaya Ismawanto Somantri, hingga saat ini belum ada perhatian pihak perusahaan untuk turut memperbaiki kondisi jalan penghubung tersebut melalui dana CSR (corporate social responsibity).
Baca Juga : Jalan Penghubung Kabupaten Bandung dan Cianjur Rusak, sejak Indonesia Merdeka Belum Pernah Diperbaiki
“Daerah kami ini termasuk daerah penyangga dan masih dalam radius wilayah kerja PT Geo Dipa. Lokasinya sangat berdekatan. Namun, untuk upaya perbaikan jalan penghubung yang rusak ini, belum ada perhatian dari pihak mana pun. Baik dari pemerintah daerah maupun dari perusahaan melalui dana CSR-nya,” ungkap Ismawanto di Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Rabu (4/1/2023).
Ismawanto menuturkan, padahal jarak antara PT Geo Dipa Energi dengan lokasi jalan penghubung yang rusak itu hanya sekitar 1 kilometer.
“CSR untuk kebutuhan yang lain, mungkin ada. Namun, CSR untuk perbaikan jalan penghubung yang rusak ini, saya belum mengetahuinya. Ya mudah-mudahan dari perusahaan itu juga ada perhatian untuk turut memperbaiki kondisi jalan penghubung yang rusak ini,” ungkapnya.
Ismawanto menegaskan, selama ini pemerintah desa mengaku sering mengusulkan perbaikan jalan itu melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Bandung. Akan tetapi, hingga saat ini pengajuan tersebut belum terealisasi.
Jalan Rusak Belum Pernah Tersentuh Perbaikan
Ismawanto Somantri mengatakan, selain menghubungkan antara Desa Tenjolaya dengan Desa Sugihmukti Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung, jalan itu juga menghubungkan ke daerah Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut.
Baca Juga : Perbaikan Jalan Penghubung di Kabupaten Bandung, Bukan Ranah Pemerintah Desa
“Jalan tersebut sampai dengan saat ini masih dalam kondisi jelek, bahkan sejak Indonesia sebelum merdeka pun, jalan ini belum pernah ada perbaikan. Kalau jalan ini masuk ke dalam wilayah desa, tentunya saya akan perbaiki untuk masyarakat,” ungkap Ismawanto.
Akan tetapi, lanjut Ismawanto, jalan tersebut bukan termasuk kewenangan desa. Pihaknya pun tidak bisa berbuat banyak untuk memperbaiki jalan penghubung ini.
Untuk diketahui sebelumnya, jalan penghubung antar wilayah di perbatasan Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur, kondisinya rusak parah. Kerusakan jalan mencapai 30 kilometer.
Bahkan, sejak sebelum kemerdekaan RI hingga saat ini, jalan yang rusak tersebut belum pernah tersentuh perbaikan.
Secara administratif kewilayahan di Kabupaten Bandung, jalan penghubung yang rusak itu berada di antara Kampung Dewata Desa Tenjolaya dan Kampung Mandala Desa Sugihmukti, Kecamatan Pasirjambu.
Tak Ada Akses Lain, Warga Kerap Terjatuh
Berdasarkan pantauan di lapangan, karena kondisinya cukup rusak, jalan penghubung itu cukup berbahaya jika pengendara sepeda motor melewati jalan tersebut. Terlebih jika musim hujan tiba, kondisi jalan berbatu cukup licin jika dilintasi pesepeda motor.
Baca Juga : Waspada! Ada 700 Titik Jalan Berlubang di Jawa Barat
Selain itu, banyaknya genangan air bercampur tanah merah dan tidak tersedianya jaringan penerangan jalan umum, turut memperparah kondisi jalan penghubung itu.
Dari penuturan warga di Kampung Cerem RT 8 RW 8 Desa Sugihmukti Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung, Gunawan (54), mengaku beberapa kali terjatuh dari sepeda motornya saat melintasi jalan tersebut.
“Beberapa kali saya terjatuh saat melintasi jalan ini. Kondisi jalannya rusak, dari sini (Desa Sugihmukti) sampai ke perbatasan Cianjur di daerah Kampung Londok,” ungkap Gunawan.
Meski demikian, Gunawan yang merupakan salah satu pedagang warung di kampungnya itu, setiap dua kali dalam satu bulan, terpaksa melintasi jalan rusak itu untuk membeli bahan keperluan sehari-hari ke daerah Ciwidey.
Gunawan menuturkan, jalan tersebut hanya bisa dilalui pada siang hari. Sebab, di sepanjang jalan penghubung ini sama sekali tidak ada penerangan jalan umum.
“Dari saya masih anak-anak hingga sekarang, jalan rusak ini belum pernah diperbaiki. Kata orang tua saya dulu juga begitu, jalan ini sebelum Indonesia merdeka sampai sekarang, belum pernah ada pengaspalan,” tuturnya. (Ecep/R13/HR-Online)