Beranda Berita Nasional Harga Tabung Gas Elpiji Naik, Bupati Garut Ancam Pidanakan Pangkalan Nakal

Harga Tabung Gas Elpiji Naik, Bupati Garut Ancam Pidanakan Pangkalan Nakal

Harga-Tabung-Gas-Elpiji.jpg

harapanrakyat.com,- Harga tabung gas elpiji ukuran 3 kilogram di Garut, Jawa Barat naik Rp 3.500 per tabungnya. Kenaikan harga eceran tertinggi (HET) tersebut yang semula Rp 16 ribu menjadi Rp 19.500 per tabungnya.

Akibat kenaikan dari harga dasar ini, di tingkat pengecer pun melonjak tinggi, yakni sekitar Rp 28 ribu hingga Rp 30 ribu per tabungnya. 

Baca juga: Bupati Naikkan HET Elpiji 3 Kg, Aktivis Garut: Akan Timbul Kemiskinan Baru

Berdasarkan informasi, kenaikan harga tabung gas ini berdasarkan Keputusan Bupati 100.4.3.2/ KEP. 109 – DP2ESDM/ 2023. 

BACA JUGA:  Indonesia Tantang Bahrain di Laga Penentu Kualifikasi Piala Dunia 2026

Rohimah, salah satu warga mengeluhkan kenaikan yang berlangsung secara tiba-tiba ini. Apalagi harga di eceran yang biasanya Rp 22 ribu menjadi Rp 26 ribu.

“Kaget kita, Pak. Apalagi ini terjadi sejak awal puasa,” ujarnya, Senin (27/3/23). 

Sementara itu, Bupati Garut Rudy Gunawan membenarkan pihaknya menaikkan harga gas ukuran melon tersebut. 

Pihaknya pun  beralasan sudah hampir 7 tahun harga gas subsidi di Garut belum pernah naik. 

BACA JUGA:  Kementerian Komunikasi Blokir Lebih dari 277.000 Konten Judi Online dalam Tiga Minggu

Menurutnya, efek kenaikan BBM harus disesuaikan dengan pengeluaran para pangkalan Gas, sehingga operasional mereka bisa tertutup.

“Selama ini harga gas itu sudah melakukan pengkajian mencapai Rp 24.000 sampai Rp 25.000, ada juga Rp 30.000. Nah sekarang ini Hiswana Migas menghitung ada ke ekonomis. Kita ada 1400 pangkalan. Jadi keuntungan pangkalan satu bulan hanya Rp 1,5 juta, apalagi dengan adanya kenaikan BBM, makanya kita naikan,” kata Rudy Gunawan, di Lapang Apel Setda Garut.

BACA JUGA:  Rumah Nenek Satinah di Subang Terancam Ambruk, Relawan Harap Ada Donatur yang Peduli

Tak hanya itu, pihaknya juga mengancam akan mempidanakan pangkalan gas yang nakal, yakni mereka yang menjual lebih dari HET Rp 19.500.

“Yang serakah itu adalah pengecer, bisa sampai Rp 30 ribu. Jadi pembelian masyarakat itu harusnya di pangkalan. Jadi pangkalan harus melayani pembelian masyarakat. Kalau tidak mau melayani, kita pidanakan,” tegasnya. (Pikpik/R6/HR-Online/Editor: Muhafid)