Beranda Berita Subang Festival 7 Sungai ke-10: Simfoni Budaya dan Lingkungan dari Desa Cibuluh

Festival 7 Sungai ke-10: Simfoni Budaya dan Lingkungan dari Desa Cibuluh

Festival 7 Sungai Subang

Subang – Festival 7 Sungai ke-10 kembali digelar dengan semarak di Desa Cibuluh, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang, pada Minggu (27/07/2025). Mengusung tema “Riksa Cai Walagri Nagri”, festival ini menjadi ajang kolaboratif masyarakat untuk merawat kelestarian sungai sebagai sumber kehidupan yang sehat dan berkelanjutan.

Wakil Bupati Subang, H. Agus Masykur Rosyadi, S.Si., MM., atau yang akrab disapa Kang Akur, hadir langsung untuk menyemarakkan perhelatan yang telah menjadi ikon tahunan ini. Dalam sambutannya, ia mengapresiasi konsistensi penyelenggaraan festival selama satu dekade sebagai bukti nyata kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.

“Ini menjadi kali ketiga saya menghadiri festival ikonik ini. Selain pentas budaya, festival ini juga mengusung pelestarian lingkungan, khususnya menjaga kelestarian sungai,” ungkap Kang Akur.

BACA JUGA:  Rayakan Ultah ke-59, Radio Benpas Dapat Kado Spesial dari Kang Rey

Rangkaian acara berlangsung meriah dengan berbagai kegiatan seperti Syukur Sungai, Sarasehan Sungai, Workshop, Pameran, Residensi Sungai, Akurasi Budaya Sungai, hingga pertunjukan hiburan rakyat. Semua dirancang untuk mengedukasi sekaligus menghibur warga dari berbagai penjuru Subang.

Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Subang, Dra. Nenden Setiawati, M.Si., menambahkan bahwa gelaran serupa juga telah dilaksanakan di Kecamatan Kasomalang, Ciater, dan Tanjungsiang. Setiap desa mengangkat kekayaan budaya lokal masing-masing sebagai daya tarik wisata.

BACA JUGA:  Gerakan Pangan Murah Subang: 240 Ton Beras, Minyak dan Gula Tersedia Serentak di 30 Kecamatan

“Melalui sinergi antara masyarakat desa, kecamatan, dan Dinas Pariwisata, gelaran ini menjadi langkah strategis dalam mengenalkan potensi wisata khususnya di Tanjungsiang,” ujar Nenden. Ia turut mendorong desa-desa lain untuk aktif mempromosikan kekayaan daerah guna menarik wisatawan dari Jawa Barat hingga tingkat nasional.

Kang Akur juga menekankan pentingnya menjaga kebersihan sungai dari hulu hingga hilir. “Menjaga sungai bukan hanya tugas Desa Cibuluh, tapi juga tanggung jawab desa-desa lain untuk memastikan sungai tetap bersih dan tidak tercemar,” tegasnya.

Lebih dari sekadar festival budaya, kegiatan ini juga menghadirkan aksi nyata pelestarian lingkungan. Penanaman 3.000 pohon randu, penebaran 200 kilogram bibit ikan, dan pertunjukan budaya penangkapan ikan tradisional menjadi simbol harmoni antara manusia dan alam.

BACA JUGA:  Desi Diana, Eks TKW yang Jadi Guru Bahasa Asing dan Perajin Makrame di Subang

Sebagai penutup, Kang Akur menyoroti potensi sejarah Tanjungsiang, seperti keberadaan Tugu Perjuangan ’45 yang menjadi saksi bisu perjuangan bangsa. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus berkolaborasi dalam memajukan sektor pariwisata berbasis budaya dan lingkungan.

Acara ini turut dihadiri oleh perwakilan Balai Pelestarian Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Sekda Kabupaten Subang, Asda I dan II, para kepala dinas terkait, Wakil Ketua TP PKK, serta unsur Forkopimcam Kecamatan Tanjungsiang.