Beranda Berita Nasional Fakta Oknum Guru Ngaji di Garut yang Jadi Tersangka Predator 17 Anak

Fakta Oknum Guru Ngaji di Garut yang Jadi Tersangka Predator 17 Anak

Oknum-Guru-Ngaji.jpg

harapanrakyat.com,- Oknum Guru ngaji  yang menjadi tersangka predator 17 anak laki-laki di Garut makin terungkap. Pelaku yang berinisial AS (51) itu ternyata seorang duda tua yang merupakan pendatang di lingkungan tempat tinggal saat ini. 

Berdasarkan informasi, AS merupakan seorang petani. Namun di kampung para korban banyak orang tua mempercayainya untuk mengajar ngaji anak-anak mereka. 

Di hadapan petugas, AS mengaku baru setahun mengajar ngaji. Namun hasrat menyukai anak-anak itu baru sebulan terakhir.

Baca juga: Polda Hingga Mabes Ikut Tangani 17 Korban Predator Anak di Garut

Bahkan, lanjutnya, AS melakukan aksinya itu disaksikan korban lainnya.

“Ada yang dua kali, ada juga yang baru sekali. Tempatnya ya di rumah, kadang ada yang dipegang-pegang, dicium, ada juga yang di mainin alat kelaminya, juga ada yang ditindih (sodomi, red),” jelasnya.

BACA JUGA:  Penginapan Murah Subang: Daftar Alamat dan Tarif (2024)

Oknum Guru Ngaji AS Sering Ceramah

Sementara itu, Syarif, tetangga pelaku mengungkapkan, AS merupakan pendatang asal Cisurupan, Garut. Ia tak menyangka AS nekat berbuat seperti itu kepada korban.

“Sebagai pendatang, ya bermukim di sini sudah ada 10 tahun, karena menikah dengan orang sini,” Syarif, tetangga pelaku. Jumat (2/6/2023) di rumahnya.

Baca juga: Kasus Sodomi Anak di Garut, Kemenag: Penyimpangan Seksual Berkedok Guru Ngaji

Menurutnya, AS sering ceramah di masjid. Bahkan sering membahas masalah azab kaum Nabi Luth.

“Sering ceramah di masjid. Bahkan pembahasannya juga terkait azab kaum Nabi Luth. Ya bagus ceramahnya, tapi nggak nyangka juga,” jelasnya.

Tak hanya itu, oknum guru ngaji tersebut juga terkenal baik oleh tetangga sekitar. Namun, karena kasus ini banyak yang tidak menyangka atas kelakukan bejatnya itu.

BACA JUGA:  Tantangan Besar di Balik Perjuangan Budi Gunawan Melawan Perjudian Online Internasional

Keluarga Korban Mulai Terbuka

Berdasarkan keterangan orang tua korban, Mamang (bukan nama sebenarnya), pelaku kerap mengajar ngaji kepada korban mulai usai shalat magrib. Awalnya, mereka mempercayakan anak-anaknya ke pelaku karena tidak ada pungutan biaya. 

“Dia mengajarnya usai shalat magrib sampai isya. Banyak orang tua anak-anak di sini yang titip ngaji ke dia karena tidak dipungut bayaran,” katanya.

Ia menceritakan, para orang tua korban awalnya tak mau melapor atas perbuatan pelaku. Namun usai musyawarah dengan tokoh lain, akhirnya orang tua lain pun ikut melapor ke polisi.

“Tadinya saya merasa senang karena anak saya mau ikutan ngaji di pelaku. Jadi awal ngaji itu pas bulan ramadhan. Tapi seiring berjalannya waktu, anak saya cerita ke mamahnya mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya,” tambahnya.

Usai insiden mengerikan itu, korban pun berubah menjadi pemarah, bahkan memvonis sang guru ngaji sebagai iblis.

BACA JUGA:  Isu Poligami dan Narkoba Bisa Rontokan Elektabilitas Kandidat di Pilkada Subang

“Anak saya jadi berubah. Biasanya nurut kalo saya suruh mandi, justru malah jadi pemarah. Kaya sekolah, sekarang jadi gak mau sekolah, malu katanya. Dia sempat bilang guru ngajinya memiliki perbuatan iblis,” imbuhnya.

Atas perbuatan tersebut, para orang tua korban menyatakan tak ikhlas anaknya telah menjadi korban predator AS. 

Bahkan, saat ini para orang tua korban merasa terpukul dan was-was dengan kondisi anaknya.

“Saya nggak ridho anak saya jadi korban. Istri saya jadi nggak nyaman, sulit tidur. Tadinya saya simpati kepada pelaku, ternyata bejat,” tutupnya.

Saat ini penangan korban datang dari berbagai pihak. Bahkan, Polda dan Mabes Polri harus menurunkan dokter psikiater dan psikolog guna trauma healing. (Pikpik/R6/HR-Online/Editor: Muhafid)