SUBANG — Wabah yang tak tampak, tapi dampaknya luar biasa. Itulah gambaran dari epidemi HIV/AIDS yang kini jadi ancaman serius di Kabupaten Subang. Tak hanya merenggut kesehatan individu, virus ini juga diam-diam mengguncang fondasi perekonomian, meruntuhkan kualitas SDM, dan menyisakan luka sosial yang mendalam.
Kepala Dinas Kesehatan Subang, dr. Maxi, mengungkapkan kepada RRI pada Senin (4/8/2025), bahwa epidemi HIV/AIDS telah berdampak signifikan pada melemahnya laju perekonomian masyarakat. “Akibat epidemi HIV/AIDS tersebut berdampak terhadap melemahnya perekonomian masyarakat, dan juga perekonomian secara umum di Kabupaten Subang,” ujarnya tegas.
Menurutnya, serangan virus ini memicu peningkatan angka kemiskinan, menurunkan pendapatan keluarga, serta menggerus daya beli. Belum lagi beban pelayanan kesehatan yang membengkak, sementara pendapatan pemerintah dan GNP pun ikut terjun bebas.
Namun bukan hanya angka ekonomi yang terpukul, tapi juga kualitas manusianya. Dari sisi sumber daya manusia (SDM), epidemi ini menghantam usia produktif dengan angka kematian yang tinggi. Produktivitas anjlok, daya saing menurun, dan mimpi tentang SDM unggul pun jadi buram. “Kehilangan usia harapan hidup, meningkatnya angka stunting dan gizi buruk, serta meningkatnya angka kematian ibu dan anak juga jadi bagian dari dampaknya,” tambah dr. Maxi.
Tak berhenti di situ, efek domino dari HIV/AIDS pun menimpa sisi sosial masyarakat. Anak-anak kehilangan orang tua, keluarga tercerai-berai, dan masyarakat dihantui stigma serta diskriminasi. “Dampak sosialnya sangat jelas akibat epidemi HIV/AIDS tersebut, yang tidak bisa kita hindarkan,” tandasnya.
Tragisnya, selain virusnya yang mematikan, justru stigma sosial yang sering kali membunuh lebih dulu. Maka dari itu, pemahaman dan empati masyarakat mutlak dibutuhkan agar perang melawan HIV/AIDS bisa dimenangkan—bukan hanya lewat obat, tapi juga lewat kemanusiaan.