suarasubang.com – Dedi Mulyadi merasa kecewa setelah mengetahui eskavator yang sebelumnya dikerahkan untuk mengeruk Sungai Bekasi kini tak lagi beroperasi. Temuan itu ia dapati saat meninjau kembali lokasi banjir.
Saat tiba di lokasi, Dedi berharap pengerukan masih berjalan. Namun, ia justru terkejut ketika warga menginformasikan bahwa alat berat tersebut sudah tak ada di tempat. “Kemarin mesinnya di situ, sekarang kemana?” tanyanya kepada warga, seperti dikutip dari KDM Channel, Senin (17/3/2025). Warga pun menjawab bahwa setelah dirinya pergi, eskavator itu juga ikut menghilang.
Merasa ada yang janggal, Dedi segera menghubungi seseorang untuk mencari tahu alasan penghentian pengerukan. Menurutnya, pengerjaan seharusnya tetap berjalan karena proyek tersebut bertujuan untuk kepentingan masyarakat. Namun, ia justru mendapat informasi bahwa pengerjaan baru akan berlanjut setelah rapat hari Senin.
“Kan tinggal diterusin, saya ini cuma ngasih contoh. Ini pengabdian pada negara dan masyarakat, bukan sekadar proyek,” tegas Dedi dalam percakapan telepon.
Orang yang dihubungi Dedi menyebutkan bahwa penghentian pengerukan merupakan keputusan kontraktor. Mendengar hal itu, Dedi pun geram dan mempertanyakan alasan di balik keputusan tersebut. Ia juga mendapat laporan bahwa kontraktor sudah dua hari tidak mengerahkan alat beratnya.
“Kalau dapat kontraktor yang model begini, kerja sama saja dengan tentara,” ujar Dedi dengan nada kesal.
Lebih lanjut, Dedi mencurigai bahwa penghentian pengerukan bukan hanya soal kepemilikan tanah, tetapi juga ada faktor administrasi yang menghambat proyek. Kontraktor diketahui baru memperpanjang kontraknya hingga tahun 2024 dan masih menunggu rapat untuk melanjutkan pekerjaan.
“Kalau menghadapi banjir cuma pakai administrasi, gak akan selesai-selesai. Perlu tindakan yang lebih berani,” tegas Dedi. Ia bahkan menyarankan agar kontraktor yang lamban dan tidak bertanggung jawab segera diblacklist agar tidak menghambat proyek penting seperti ini.