Beranda Berita Subang Cibuluh, Desa Rasa Surga: Gastronomi, Budaya, dan Cerita yang Menggoda Wisatawan

Cibuluh, Desa Rasa Surga: Gastronomi, Budaya, dan Cerita yang Menggoda Wisatawan

Desa Cibuluh wisata gastronomi berkelanjutan
Foto: berita.upi.edu

Subang – Selamat datang di Desa Cibuluh, tempat di mana nasi tumpeng bukan sekadar santapan, tapi simbol cinta pada budaya dan keramahan. Pada tanggal 28–29 Juni 2025 lalu, suasana Kantor Desa Cibuluh, Kecamatan Tanjung Pagi, Kabupaten Subang, berubah jadi panggung pelatihan penuh rasa, cerita, dan harapan. Program Studi Magister Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat serta Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Provinsi Jawa Barat menggelar pelatihan peningkatan kapasitas SDM untuk mewujudkan Desa Cibuluh sebagai destinasi wisata berkelanjutan.

Acara ini dibuka oleh Kepala Desa Cibuluh, Edi Junaidy M.Sn, dengan semangat seperti tuan rumah yang bangga menyuguhkan menu spesial andalannya. Ia menegaskan bahwa desa yang telah diganjar gelar Desa Budaya ini selalu siap tampil prima dalam panggung pariwisata. “Kami sudah lama bekerja sama dengan UPI, dan selalu siap meningkatkan eksistensi kami,” ujarnya, seperti chef yang menyiapkan sajian terbaik untuk tamu kehormatan.

Sepiring dukungan disajikan pula oleh Drs. Agus Muslimin, Kepala Bidang Destinasi Kabupaten Subang. Beliau menyebut bahwa potensi budaya Desa Cibuluh sungguh menggiurkan sebagai daya tarik wisata. Hanya saja, masih perlu bumbu rahasia: peningkatan kapasitas masyarakat agar bisa makin sejahtera dari aktivitas budaya yang digeluti.

BACA JUGA:  Bupati Subang Hadiri Wisuda Universitas Subang, Ajak Lulusan Berkontribusi Nyata

Nah, masuklah tokoh berikutnya, Dr. Ahmad Galih Kusumah, Ketua Program Studi Magister Pariwisata sekaligus Dewan Pakar Gabungan Industri Pariwisata Jabar. Dengan gaya seperti pelatih tim sepak bola desa yang siap bawa timnya ke liga profesional, beliau menyampaikan bahwa dosen-dosen UPI siap memberikan ilmunya untuk mengelola desa wisata yang lebih kece di masa depan. Apalagi, wisata gastronomi—yang nggak hanya memanjakan lidah tapi juga menceritakan kisah—perlu ekosistem yang rapi dan masyarakat yang terlibat aktif.

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Jawa Barat, Herman Muchtar, pun menambahkan bahwa desa wisata sejatinya harus mampu mengonversi budaya menjadi peluang ekonomi. Alias, bagaimana caranya tradisi bisa punya harga—tanpa kehilangan kehormatannya. Kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan, seperti nasi goreng yang butuh bumbu lengkap agar rasanya nendang.

BACA JUGA:  RSUD Subang Bertransformasi: Layanan Lebih Baik, Spesialis Dikirim ke Luar Negeri

Iendra Sofyan dari Dinas Pariwisata Jawa Barat tak ketinggalan menaburkan penyedap dalam diskusi. Ia menyatakan bahwa program ini sejalan dengan langkah pemerintah provinsi dalam membangun wisata gastronomi. Dan ingat, Desa Cibuluh ini bukan pemain baru. Sejak 2019, ia sudah menyandang predikat Destinasi Ramah Anak, dan sejak 2024, resmi menjadi Desa Budaya. Jadi, tak heran kalau desa ini punya menu wisata lengkap: dari Ruwat Bumi hingga Festival Tujuh Sungai, dari permainan tradisional Komunitas Hong hingga agrowisata dan atraksi tari-tarian. Serasa sedang mencicipi menu lengkap dari pembuka sampai penutup!

Agar tidak hanya teori yang dicerna, para peserta juga mengikuti pelatihan konkret. Dr. Ahmad Galih menyampaikan materi soal penguatan kapasitas Kelompok Sadar Wisata dan pelaku UMKM kuliner. Disusul oleh sesi pemetaan potensi kuliner dari tim dosen: Heri Setiyorini, PhD, Dr. Dewi Turgarini, dan Caria Ningsih, PhD. Workshop ini ibarat dapur ide yang sedang menumis visi misi jadi sajian nyata.

BACA JUGA:  Amanda Supermarket Bagi-Bagi Umroh dan Hadiah Fantastis di HUT ke-3, Pedagang Kopi Menangis Bahagia!

Kegiatan makin gurih saat dilakukan simulasi wisata bertajuk “Jelajah Desa Cibuluh sebagai Paket Wisata Gastronomi Berkelanjutan”. Bayangkan, ada rombongan kecil yang terdiri dari anak-anak hingga dewasa, menjelajahi sawah, bermain di sungai, menanam padi, hingga mengenal leuit—tempat penyimpanan beras yang kental aroma tradisi.

Puncaknya adalah kelas memasak yang menggoda lidah. Di Kampung Bolang, Ibu Yuyum Sukaesih dan tim chef-nya menyuguhkan Tumpeng Sunda, Ayam Kampung Bakakak, Bubuy Ikan Mas Daun Honje, dan berbagai kudapan lain yang siap menciptakan nostalgia sekaligus mendongkrak kunjungan wisata. Semua sajian dibingkai dalam anyaman bambu rinjing—sentuhan lokal yang bikin siapa pun ingin berswafoto sebelum mencicipi.

Desa Cibuluh wisata gastronomi berkelanjutan

Dengan sentuhan budaya, cerita, dan kuliner yang bersatu padu, Desa Cibuluh tak hanya memanjakan lidah, tapi juga menghangatkan hati. Dan jika semua elemen ini dijaga dan dikembangkan, bukan tidak mungkin Cibuluh akan jadi salah satu destinasi rasa terbaik di Indonesia.