Beranda blog

Atap Bocor dan Dinding Rapuh, Siswa SDN Linggarmanah Belajar di Teras Kelas

SDN Linggarmanah Subang rusak

Hujan deras kini tak hanya menguji payung, tapi juga keteguhan atap sekolah. Di SDN Linggarmanah, Kabupaten Subang, sejumlah siswa terpaksa belajar di teras kelas karena ruang belajar mereka sudah tak lagi layak digunakan.

Atap bocor, plafon rapuh, dan tembok yang nyaris runtuh membuat proses belajar harus pindah ke luar ruangan. Kepala SDN Linggarmanah, Resniati, mengatakan keputusan itu diambil demi keselamatan siswa.

“Atapnya sudah pada bocor, Pak. Kita kan nggak tahu kondisi plafonnya seperti apa, jadi kami memilih aman. KBM kami alihkan di luar kelas,” ujarnya kepada RRI Subang, Selasa (4/10/2025).

Sekolah yang berdiri sejak lama itu, kata Resniati, belum pernah mendapat perbaikan besar dari pemerintah. Satu-satunya perbaikan kecil terjadi empat tahun lalu, pada 2021, saat hanya bagian bocor yang ditambal seadanya.

“Alhamdulillah setiap kejadian ambruk itu selalu pas anak-anak sudah pulang. Termasuk yang jatuh di depan ruang kepala sekolah,” katanya lega.

Menurut Resniati, ruang kelas yang rusak berat meliputi kelas 1, 2, 3, serta ruang kepala sekolah. Tak hanya itu, toilet sekolah pun ikut rusak dan tak bisa digunakan dengan nyaman.

“Kasihan anak-anak harus belajar di luar, apalagi sekarang musim hujan. Mudah-mudahan ada perhatian dari pemda,” harapnya.

Sementara itu, Pengawas SD Kecamatan Subang, Zaenal Mulyadi, mengonfirmasi bahwa kondisi SDN Linggarmanah memang memprihatinkan, meski bukan satu-satunya.

“Ada sekolah lain yang kondisinya malah lebih parah, seperti SDN Panji. Itu jadi skala prioritas dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang. Mudah-mudahan tahun depan bisa segera direhab,” ujarnya.

Dukungan juga datang dari Camat Subang, Sunardi, yang turut meninjau langsung kondisi sekolah.

“Saya mendapat laporan dari Bu Sekel Dangdeur tentang kondisi ruang kelas di SDN Linggarmanah yang rusak berat. Setelah saya lihat langsung, memang benar para siswa belajar di teras depan,” tuturnya.

Sunardi menaksir kerusakan bangunan sudah mencapai lebih dari 60 persen.

“Kalau melihat kondisinya seperti ini, semoga bisa dipercepat dan menjadi prioritas,” tegasnya.

Kini, di bawah langit mendung Subang, anak-anak SDN Linggarmanah tetap bersemangat menulis dan membaca meski tanpa atap yang layak. Mereka belajar di teras, diiringi angin dan doa—semoga sekolah mereka segera kembali berdiri kokoh.

Sanatsu, Sabun Nanas Ajaib dari Siswa MTsN Subang yang Siap Harumkan Jawa Barat

Sanatsu sabun nanas MTsN 1 Subang

Satu lagi kabar harum—secara harfiah—datang dari Kabupaten Subang. Dari tangan kreatif tiga siswi MTsN 1 Subang, lahirlah Sanatsu, sabun ramah lingkungan berbahan dasar kulit nanas yang kini menembus tiga besar Kompetisi Inovasi Jawa Barat (KIJB) 2025.

Selasa (4/11/2025), aula MTsN 1 Subang terasa seperti laboratorium ide. Di sana digelar verifikasi dan validasi KIJB 2025, dihadiri langsung oleh Sekda Subang H. Asep Nuroni, S.Sos., M.Si., Kepala BP4D Iwan Syahrul Anwar, S.STP., Kepala Kemenag Subang Dr. H. Badruzaman, S.Ag., M.Pd., serta tim juri dari Pemprov Jawa Barat.

Dalam sambutannya, Dr. H. Badruzaman tak menyembunyikan rasa bangganya.

“Kami bersyukur bisa menjadi bagian dari KIJB 2025. Sanatsu adalah bukti bahwa siswa madrasah bisa berinovasi dengan memanfaatkan potensi lokal. Ini karya yang lahir dari Subang untuk Jawa Barat,” ujarnya.

Dari Kulit Nanas Jadi Sabun Manis

Tiga siswi hebat — Queeni Alimah Goni Zalzalali Wal Ikrom, Windi Rahma Ayu, dan Ajeng Naura Istiqomah — di bawah bimbingan Yeyet Rosmiati, melihat peluang dari tumpukan kulit nanas di pasar. Limbah yang biasa terbuang itu mereka sulap menjadi sabun cuci tangan alami tanpa alkohol.

Kulit nanas direbus, disaring, lalu diolah jadi sabun cair dan sabun kertas. Hasilnya? Produk yang lembut di kulit, wangi alami, dan bebas bahan kimia berbahaya.

“Kami ingin mengubah limbah jadi berkah. Subang dikenal sebagai kota nanas, jadi kami olah kulit nanasnya agar bisa berguna. Sanatsu sudah banyak dipakai di sekolah dan dipasarkan di koperasi dengan harga Rp2.000 hingga Rp16.000,” tutur Queeni sambil tersenyum bangga.

Sudah Punya HAKI, Siap Go Nasional

Menurut Iwan Syahrul Anwar dari BP4D Subang, Sanatsu bukan inovasi sembarangan.

“Dari enam inovasi yang kami ajukan ke KIJB, dua masuk tiga besar, dan Sanatsu salah satunya. Produk ini bahkan sudah didaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) di Kemenkumham,” jelasnya.

Sanatsu juga mendapat pendampingan dari BRIN dan Politeknik Negeri Subang agar punya standar ilmiah yang kuat.

“Sanatsu bukan hanya sekadar sabun sekolah. Ini produk inovatif yang punya peluang dikembangkan ke pasar yang lebih luas,” tambah Iwan.

Pemda dan Pemprov Kompak Dukung

Dukungan juga datang dari Sekda Subang, H. Asep Nuroni, yang menegaskan pentingnya sinergi inovasi di lingkungan pendidikan.

“Inovasi seperti Sanatsu ini penting. Bahannya lokal, prosesnya edukatif, manfaatnya besar. Kami ingin karya anak Subang bisa terus berkembang dan dikenal luas,” tegasnya.

Sementara itu, Iin Raseptina dari Pemprov Jawa Barat tak kalah antusias.

“Untuk pertama kalinya, kategori sekolah hadir di KIJB, dan MTsN 1 Subang langsung menembus tiga besar. Ini luar biasa,” ujarnya kagum.

Dari Madrasah, Harum untuk Jawa Barat

Kepala MTsN 1 Subang, H. Jijib Mujiburohman, S.Ag., M.Pd., menyebut prestasi ini sebagai tonggak penting.

“Sanatsu adalah wujud nyata bahwa siswa madrasah juga bisa berinovasi dan berkontribusi bagi lingkungan. Kami berharap karya ini bisa menjadi inspirasi bagi sekolah lain,” ungkapnya.

Penutupan acara dilakukan dengan peninjauan langsung proses produksi Sanatsu oleh tim juri. Harapannya, sabun nanas ini tak hanya harum di Subang, tapi juga mewangi hingga ke seluruh Jawa Barat—dan siapa tahu, ke seluruh Indonesia.

Forum Arus Bawah Desak DPRD Subang Usut Setoran Aqua ke PDAM TRS

investigasi setoran Aqua PDAM TRS Subang

Subang – Forum Arus Bawah menggelar audiensi dengan Komisi II DPRD Kabupaten Subang pada Senin (3/11/2025). Pertemuan tersebut dihadiri perwakilan Perumda Tirta Rangga Subang (TRS), perusahaan air mineral Aqua, dan PJT II Cabang Subang.

Koordinator Forum Arus Bawah, Andi Lukman Hakim, menyampaikan beberapa tuntutan dalam pertemuan itu. Salah satunya meminta Bupati Subang sebagai pemegang saham BUMD Perumda TRS untuk segera mengambil langkah konkret menyikapi opini publik terkait kerja sama pengusahaan air mineral antara Perumda TRS dan Aqua yang telah berjalan sejak 1997.

“Selanjutnya, DPRD yang dalam hal ini Komisi 2 agar segera mengundang pihak perusahaan Aqua untuk klarifikasi atas pernyataan yang telah membuat kegaduhan sehingga perumda TRS menjadi bahan sorotan publik dan bahkan kami pun merasa aneh dalam manajemen kerjasama yang selama ini dilakukan. Ini kan harus diklirkan pernyataan dari pihak Aqua yang mengatakan ‘kami melakukan eksplorasi sumber mata air di lahan milik kami sendiri, bukan di areal milik aset Perumda TRS’, sedangkan pihak Aqua memberikan kompensasi kepada pihak perumda setiap bulannya, nah ini yang menjadi polemik publik dan ini harus segera diluruskan,” ujar Andi.

Forum Arus Bawah juga mendesak Komisi II DPRD Subang untuk melakukan investigasi terhadap kerja sama tersebut.

“Dan kami meminta komisi II melakukan investigasi ke lokasi pengusahaan air mineral Aqua untuk memastikan kegiatan operasionalnya di lapangan apakah sudah memenuhi standar peraturan pemerintah yang di perjanjian dengan pihak perumda TRS selama ini,” tegasnya.

Ega Anjani Ajak PKK Kecamatan “Naik Kelas” Lewat Pembinaan Administrasi

Pembinaan Administrasi PKK Subang

Subang – Aula TP PKK Kabupaten Subang mendadak ramai oleh semangat dan senyum para penggerak PKK kecamatan. Senin (3/11/2025), Ketua TP PKK Kabupaten Subang, Ega Anjani Reynaldi, S.IP., membuka kegiatan pembinaan dan evaluasi administrasi PKK dengan gaya khasnya yang hangat dan inspiratif.

Acara ini bukan cuma sekadar kumpul-kumpul—tapi tiga hari penuh belajar bersama, dari tanggal 3 hingga 5 November 2025. Setiap harinya, 10 kecamatan akan mendapat kesempatan khusus untuk mengasah kemampuan administrasi mereka.

Dalam sambutannya, Ega menegaskan bahwa kegiatan ini bukan ajang mencari salah, melainkan kesempatan untuk saling belajar dan berbenah.

“Melalui kegiatan ini, kita akan saling berbagi ilmu dan pengalaman dari berbagai kecamatan,” ungkapnya dengan penuh semangat.

Ia juga mengingatkan agar setiap kekurangan jangan dianggap beban, melainkan bahan bakar untuk tumbuh bersama.

“Tujuannya adalah agar kita semua dapat berkembang bersama,” tegas Ega.

Sebelum menutup arahannya, Ega menyampaikan apresiasi tulus untuk seluruh pengurus PKK kecamatan yang hadir dengan penuh dedikasi.

“Terima kasih banyak, terutama yang telah datang dari jauh untuk mengikuti kegiatan ini,” tutupnya sambil tersenyum.

Di sela kegiatan, Resty Agus Hermawan, Ketua TP PKK Kecamatan Pusakanagara, ikut berbagi pandangannya tentang manfaat acara ini.

“Kegiatan penting dalam PKK ini bertujuan untuk merapikan administrasi dan juga menjalin silaturahmi. Kami jadi tahu administrasi mana yang belum lengkap dan apa saja yang harus dipelajari,” ujarnya.

Suasana kegiatan terasa seperti “kelas besar ibu-ibu hebat”—serius tapi hangat, tertib tapi penuh tawa. Dan satu hal pasti: setelah pembinaan ini, administrasi PKK di Subang tak hanya rapi di atas kertas, tapi juga kuat di hati dan kolaborasi.

Kalijati: Si Kecamatan yang Punya Segalanya, dari Jalupang yang Luas sampai Kalijati Timur yang Imut

Kecamatan Kalijati Subang

Kalijati, salah satu kecamatan di Kabupaten Subang, bukan sekadar nama yang sering lewat di peta—ia punya cerita sendiri di setiap jengkal tanahnya.

Bayangkan, di utara ia bersentuhan dengan Kecamatan Purwadadi, di selatan berpelukan dengan Serangpanjang, di timur menyapa Dawuan, dan di barat bersalaman dengan Cipeundeuy. Kalijati ini benar-benar ramah tetangga!

Wilayahnya terbentang seluas 90,11 kilometer persegi—cukup luas kalau mau dijelajahi sambil naik sepeda listrik, asal baterainya kuat.

Kecamatan ini punya 10 desa, 269 RT, dan 77 RW. Ya, 269 RT! Bisa dibilang, kalau diadakan lomba antar-RT, panitianya pasti butuh spreadsheet ukuran jumbo.

Nah, yang paling luas di antara semua desa adalah Desa Jalupang, dengan lahan mencapai 20,41 km². Kalau kamu ingin merasakan sensasi “jalan tak habis-habis,” datang saja ke Jalupang.

Di posisi kedua ada Desa Marengmang dengan 17,30 km²—cukup luas untuk bikin festival layangan skala nasional.

Tapi jangan remehkan yang kecil. Kalijati Timur justru jadi primadona mungil dengan luas hanya 3,24 km². Ibarat cangkir kecil berisi kopi kental—kecil tapi berisi!

Berikut daftar luas wilayah desa di Kecamatan Kalijati, lengkap seperti catatan rapi bendahara desa:
Jalupang (20,41 km²), Marengmang (17,3 km²), Banggalamulya (9,05 km²), Tanggulun Barat (8,42 km²), Kaliangsana (7,5 km²), Kalijati Barat (7,00 km²), Caracas (6,69 km²), Tanggulun Timur (5,63 km²), Ciruluk (4,87 km²), dan Kalijati Timur (3,24 km²).

Kalijati juga dihuni oleh 68.041 jiwa, dengan pembagian nyaris imbang: 33.642 laki-laki dan 34.399 perempuan. Populasinya cukup padat, tapi tetap terasa hangat—mungkin karena warganya gemar menyapa lebih dulu.

Kalijati bukan cuma soal angka dan batas wilayah. Ia adalah kisah tentang keseimbangan: antara yang luas dan kecil, antara angka dan wajah, antara peta dan kehidupan.

Kapolres Subang Ajak Da’i Kamtibmas Jaga Harmoni dan Kedamaian Lewat Dakwah yang Menyejukkan

Kapolres Subang

Subang – Suasana hangat memenuhi Aula Patriatama Polres Subang, Senin (3/11/2025) pagi.
Di sana, Kapolres Subang AKBP Dony Eko Wicaksono, S.H., S.I.K., M.H., Ph.D. memimpin kegiatan Silaturahmi Kapolres Subang dengan Da’i Kamtibmas Tingkat Polres Subang.

Acara ini dihadiri sekitar 40 orang — mulai dari Pejabat Utama (PJU), perwira, hingga para pengurus Da’i Kamtibmas.
Tampak hadir di antaranya Ketua Da’i Kamtibmas Iwan Siswanto, S.Pd., Sekretaris Sajidin Noor, M.Pd., Bendahara Hj. Imas Aisyah, S.Pd., serta para penasehat seperti KH. Dr. Eep Nurudin, KH. Agus Sarifuddin, dan KH. Dr. Musfiq Amrullah, Lc.

Dalam sambutannya, AKBP Dony menyampaikan apresiasi atas peran besar para Da’i Kamtibmas dalam menjaga situasi keamanan dan ketertiban di Kabupaten Subang.
“Selama empat bulan saya menjabat Kapolres Subang, situasi kamtibmas dapat terjaga dengan baik berkat dukungan semua pihak, termasuk para Da’i Kamtibmas yang menjadi mitra strategis Polri di tengah masyarakat,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa ulama dan tokoh agama memiliki peran penting dalam meredam potensi konflik sosial serta memberikan pencerahan kepada masyarakat, khususnya generasi muda, agar tidak mudah terprovokasi oleh isu negatif di media sosial.
“Kami berkomitmen mendukung penuh ruang dakwah yang menyejukkan dan menjaga keharmonisan masyarakat. Mari kita terus bersinergi dalam memberikan pemahaman positif kepada remaja dan masyarakat agar terhindar dari hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun lingkungan,” tambahnya.

Sementara itu, penasehat Da’i Kamtibmas KH. Dr. Musfiq Amrullah, Lc. menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian dan dukungan Kapolres kepada para dai.
“Kami merasa terhormat atas sambutan dan dukungan dari Kapolres Subang. Kami siap berkolaborasi dengan Polres Subang untuk terus menjaga situasi kamtibmas agar tetap aman, kondusif, dan harmonis,” ujarnya dengan nada penuh semangat.

Kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan plakat kepada Ketua Da’i Kamtibmas, sesi tanya jawab, foto bersama, dan ramah tamah.
Acara berlangsung tertib, lancar, dan penuh keakraban hingga siang hari.

Melalui silaturahmi ini, Polres Subang dan Da’i Kamtibmas meneguhkan komitmen bersama untuk menjaga kedamaian dan keamanan masyarakat.
Karena, seperti pesan Kapolres, keamanan bukan hanya tugas polisi, tapi juga tanggung jawab moral seluruh umat.

Pemprov Jabar Genjot Perbaikan Jalan Subang–Bantaruwaru: Sudah Tembus 84 Persen!

Pemeliharaan jalan Subang Bantaruwaru

Subang – Pemerintah Provinsi Jawa Barat tampaknya tidak main-main dalam urusan jalan.
Buktinya, proyek pemeliharaan berkala ruas jalan Subang–Bantaruwaru/batas Indramayu kini sudah melaju kencang—bahkan per 26 Oktober 2025, progresnya sudah mencapai 84 persen!

Ruas yang dikerjakan sepanjang 1,3 kilometer ini memiliki nilai kontrak sebesar Rp2,9 miliar.
Angka yang cukup besar, tapi manfaatnya juga besar—karena jalan ini menjadi salah satu urat nadi penghubung antardaerah di Kabupaten Subang dan sekitarnya.

Pekerjaan di lapangan digarap oleh 15 tenaga pekerja jalan yang setiap harinya berjibaku dengan aspal, batu, dan cuaca.
Dengan semangat gotong royong, mereka memastikan proyek ini bukan hanya selesai tepat waktu, tapi juga kokoh untuk jangka panjang.

Menariknya, sebagian besar tenaga kerja berasal dari masyarakat lokal.
Artinya, selain memperbaiki jalan, proyek ini juga membuka lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi warga sekitar.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun mengimbau pengguna jalan yang melintas di kawasan tersebut agar tetap waspada.
Aktivitas alat berat dan pekerja masih berlangsung, jadi keselamatan di jalan tetap jadi nomor satu.

Harapannya sederhana namun penting: begitu proyek rampung, kenyamanan dan keamanan pengguna jalan meningkat, dan konektivitas wilayah Subang makin lancar.
Karena di balik jalan yang mulus, ada kerja keras, peluh, dan semangat membangun Jawa Barat yang “Ngabret”!

Sule Bangun Museum di Subang: Dari Lawakan ke Kenangan yang Abadi

Sule museum Subang

Subang – Subang lagi-lagi jadi sorotan, kali ini bukan karena festival, tapi karena seorang legenda hidup bernama Sutisna—atau yang lebih akrab kita panggil, Sule.
Ya, komedian yang wajah dan tawanya pernah menghiasi hampir setiap layar kaca Indonesia itu kini melangkah ke babak baru: membangun museum pribadinya sendiri di kampung halaman, Subang, Jawa Barat.

Namun jangan bayangkan museum ini penuh lukisan serius atau patung gagah.
Di sini, yang terpajang adalah kenangan-kenangan hidup seorang pelawak sejati—mulai dari properti syuting, kostum nyentrik, sampai deretan penghargaan yang dulu hanya bisa kita lihat sekilas di TV.

“Sekarang saya simpan barang-barang yang dulu pernah dipakai. Kayak satu set wayang, satu set gamelan, foto-foto zaman dulu di TV waktu saya jadi apa. Semua saya print dan taruh di museum,” kata Sule, seperti dikutip dari podcast di kanal YouTube Nanda Persada.

Menariknya, museum ini bukan hanya untuk dirinya sendiri.
Sule membuka pintunya lebar-lebar bagi publik.
Tujuannya sederhana tapi dalam — agar para penggemar dan masyarakat bisa mengenal lebih dekat perjalanan panjangnya di dunia hiburan.

“Saya punya satu joglo, dan di dindingnya dilukis semua program TV yang pernah saya mainkan — seperti Awas Ada Sule, Opera Van Java, sampai Canda Empire. Itu untuk mengenang karya-karya saya, buat anak-anak saya dan juga penggemar,” ungkapnya penuh nostalgia.

Sule tak sedang memamerkan masa lalu, tapi sedang mengarsipkan hidupnya sendiri dengan rasa bangga.
Museum itu adalah ruang waktu—tempat di mana tawa, kerja keras, dan air mata dikurasi dengan cinta seorang seniman.

“Kalau seniman agak sedikit idealis lah,” katanya sambil tersenyum, seolah ingin mengingatkan bahwa popularitas mungkin pudar, tapi karya yang tulus akan tetap hidup.

Langkah Sule ini jadi pengingat, bahwa menghargai perjalanan diri bukan bentuk kesombongan, tapi tanda dewasa dalam berkarya.
Dari panggung tawa ke rumah kenangan, Sule membuktikan bahwa seniman sejati bukan hanya melucu, tapi juga meninggalkan warisan makna di balik setiap tawa.

Judul:Subang Fest Vol. 6: Malam Penuh Nostalgia, Dangdut Lawas, dan Janji Kolaborasi Spektakuler

Subang Fest 2025

Subang – Sabtu malam di Subang berubah jadi panggung nostalgia.
Subang Fest Vol. 6 mengguncang Alun-alun dengan tema yang bikin senyum-senyum sendiri: “80’s Outfit.”

Berlokasi di Amphiteater Tugu Benteng Pancasila, suasana terasa seperti mesin waktu yang membawa semua orang kembali ke masa kejayaan musik dangdut jadul Indonesia.
OM Lorenza tampil menggoda panggung, sementara suara khas Novia Rozma—penyanyi kebanggaan Subang—menjadi magnet yang membuat penonton enggan pulang.

Bupati Subang, Reynaldi Putra Andita, hadir bukan sekadar menonton, tapi juga menyalakan semangat di balik gelaran akbar ini.
“Tujuan utama kami mengadakan Subang Fest adalah, agar Kabupaten Subang semakin dikenal luas, dan masyarakat di luar daerah semakin mengetahui potensi yang dimiliki Subang,” ujarnya mantap.

Reynaldi menambahkan bahwa event semacam ini bukan hanya soal musik dan hiburan, tapi juga urusan ekonomi kreatif yang nyata dampaknya.
Dalam gelaran Subang Creative Week 2025 lalu, perputaran uang di area Alun-alun mencapai hampir Rp260 juta—itu baru di sekitar lokasi acara!

“Itu belum termasuk pelaku usaha di luar area Alun-alun. Artinya, kegiatan seperti ini, benar-benar memberi dampak nyata bagi ekonomi lokal,” tambahnya sambil tersenyum puas.

Suasana makin hangat saat sang bupati menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang turut menyukseskan acara ini—dari Subang Creative Hub, Subang Economy Creative, para sponsor, BUMN, BUMD, hingga masyarakat yang selalu hadir dengan energi positif.
“Terima kasih kepada seluruh stakeholder, dan panitia penyelenggara yang selalu menjaga semangat kolaborasi, sehingga Subang Fest bisa terus bergulir setiap bulannya,” tutur Reynaldi.

Namun, malam itu bukan hanya tentang nostalgia, tapi juga bocoran masa depan.
“Bulan November nanti, Subang Fest akan semakin gebyar, karena akan berkolaborasi dengan RANS Entertainment, dalam rangka ulang tahun RANS ke-10. Akan ada banyak bintang tamu spesial yang hadir di Subang,” katanya, disambut sorak gemuruh penonton.

Ribuan warga tumpah ruah, mengenakan busana ala 80-an, menari, bersorak, dan ikut bernyanyi dalam malam yang penuh warna.
Bupati Reynaldy dan Ketua TP PKK Kabupaten Subang, Ega Anjani, tampak larut menikmati pesta rakyat yang kini menjadi ikon kebanggaan warga Subang setiap bulannya.

Subang Fest Vol. 6 bukan sekadar konser, tapi cermin dari semangat Subang yang terus “Ngabret” menuju kabupaten kreatif, hidup, terbuka, dan kolaboratif.
Subang memang tahu cara bersenang-senang—dengan gaya, dengan makna, dan tentu saja dengan dangdut yang menggoda nostalgia.

VinFast VF3 Siap Meluncur dari Subang: Mobil Listrik Mungil yang Punya Nyali Besar

VinFast VF3

Subang – VinnFast tampaknya benar-benar jatuh cinta pada Indonesia.
Bagaimana tidak, pabrikan mobil listrik asal Vietnam ini resmi memastikan bahwa pabrik barunya di Subang, Jawa Barat, akan mulai berdetak penuh pada Maret 2026.

Namun sebelum mesin-mesin itu bekerja dengan ritme pabrik yang sesungguhnya, Desember 2025 nanti mereka akan melakukan “pemanasan” alias tahap uji coba produksi.
Ibarat konser besar, ini adalah sesi sound check sebelum pertunjukan dimulai.

CEO VinFast Indonesia, Kariyanto Hardjosoemarto, yang baru saja meresmikan diler baru di Bekasi, menegaskan langsung rencana tersebut.
“Perakitan mulai percobaan Desember, produksi massal Maret 2026, dan dimulai dari VF3 dulu,” ujarnya penuh semangat.

Ya, VinFast tampaknya tahu betul bahwa orang Indonesia suka hal-hal mungil yang gesit tapi punya tenaga besar.
Maka dipilihlah si kecil lincah VF3 sebagai pionir perakitan lokal.

Mobil mungil ini bukan sekadar imut-imut beroda empat.
Ia dirancang khusus untuk menghadapi jalanan perkotaan Indonesia yang padat, rumit, kadang sabar, kadang bikin naik darah.

Dengan sistem perakitan lokal alias CKD (Completely Knocked Down), VinFast berharap harga VF3 bisa lebih bersahabat dengan dompet masyarakat.
Dan siapa tahu, bisa menyaingi magnet motor matic yang selama ini jadi idola urban.

VF3 punya tubuh ringkas tapi penuh gaya: panjang 3.190 mm, lebar 1.679 mm, tinggi 1.652 mm, dan wheelbase 2.075 mm.
Pas untuk selap-selip di kemacetan tanpa harus mengeluh soal parkiran yang sempit.

Tenaganya disuplai dari baterai LFP berkapasitas 18,64 kWh.
Dalam sekali isi penuh, mobil ini diklaim mampu menempuh jarak hingga 215 kilometer — cukup jauh untuk pulang-pergi kantor selama seminggu tanpa panik cari colokan listrik.

Desainnya? Futuristik, tentu saja.
Wajah depannya menampilkan grill minimalis dan lampu LED tajam seperti mata robot yang baru bangun tidur.
Sementara bagian belakangnya memamerkan lekukan elegan yang aerodinamis, seolah sedang berbisik, “aku kecil, tapi modern.”

Masuk ke dalam, suasananya terasa simpel namun pintar.
Sebuah layar sentuh 10 inci di tengah dasbor menjadi pusat komando — tempat di mana teknologi dan gaya bertemu dalam satu sentuhan lembut.

Dengan langkah strategis ini, VinFast bukan hanya membangun pabrik.
Mereka sedang membangun kepercayaan diri, bahwa mobil listrik terjangkau bisa lahir dari tanah Indonesia dengan kualitas yang pantas dibanggakan.

Kalau semua berjalan sesuai rencana, Maret 2026 bisa jadi momen bersejarah — ketika VinFast VF3 melaju dari Subang, membawa mimpi hijau dengan baterai penuh dan semangat tanpa habis.

Recent Posts