Beranda Berita Nasional BEM Seluruh Indonesia Dorong Bakal Capres Kampanye di Kampus

BEM Seluruh Indonesia Dorong Bakal Capres Kampanye di Kampus

BEM-Seluruh-Indonesia-Dorong-Bakal-Capres-Kampanye-di-Kampus.jpg

harapanrakyat.com,- Koordinator Media Badan Eksekutif Mahasiswa seluruh Indonesia (BEM SI), Ragner Angga MHJ, mendorong keterlibatan Bakal Calon Presiden (Capres) dan peserta pemilu lainnya dalam kampanye di lingkungan kampus.

Dalam pandangannya, kampanye di kampus bukan hanya untuk memperkenalkan diri, tetapi untuk memaparkan gagasan dan berdialog dengan mahasiswa.

Dalam pendekatan ini, Angga menjelaskan bahwa ruang dialog langsung antara capres dan mahasiswa penting untuk menguji kematangan berpikir calon pemimpin di hadapan mahasiswa. Ini menjadi alternatif terhadap kampanye yang lebih cenderung satu arah di media atau panggung.

Baca juga: Jika Diduetkan, Inilah Pasangan Capres-Cawapres Terkuat di Pilpres 2024

Debat Capres vs Mahasiswa di Kampus untuk Uji Kemampuan dan Gagasan

BEM SI berencana menggelar debat antara capres dan mahasiswa sebagai sarana uji kemampuan dan gagasan. Debat ini diharapkan mampu menghadirkan wacana yang substansial dan berfokus pada isu-isu nasional. Koordinator Isu Politik & Demokrasi Universitas Diponegoro akan mengoordinir acara ini, dan kontak dengan tim masing-masing capres telah dimulai.

BACA JUGA:  Shin Tae-Yong memanggil sebanyak 26 pemain, ini daftarnya

Melalui interaksi ini, diharapkan calon pemimpin akan teruji integritasnya dan kemampuannya dalam berdialog. Upaya ini merupakan langkah positif dalam mengukur kelayakan calon pemimpin untuk memimpin Indonesia.

Meskipun mendorong keterlibatan capres di kampus, BEM SI mengingatkan agar mahasiswa tetap waspada terhadap upaya pengkondisian yang merugikan. Terdapat risiko pengkondisian yang mengarah pada pemahaman yang dangkal atau memaksakan pilihan tertentu.

BEM SI berusaha menjaga mahasiswa, khususnya mahasiswa baru, dari pengkondisian semacam itu. Upaya ini dilakukan dengan memberikan pemahaman politik yang lebih baik agar mahasiswa bisa memilih berdasarkan pengetahuan yang benar.

Peluang dan Tantangan Bagi Pendidikan: Implementasi Keputusan Mahkamah Konstitusi

Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengizinkan kampanye di lingkungan pendidikan memicu respons dari berbagai pihak. Ada pandangan bahwa institusi pendidikan perlu dimanfaatkan untuk menguji substansi gagasan calon pemimpin, bukan sekadar tempat pencitraan.

BACA JUGA:  Cara Nonton Live Streaming Timnas Indonesia vs Australia Kualifikasi Piala Dunia 2026

Ditjen Pendidikan Vokasi akan mengeluarkan surat edaran (SE) untuk mengatur kampanye di satuan pendidikan vokasi. Namun, perlu bijaksana dalam melaksanakan kampanye di lingkungan pendidikan agar tetap mempertahankan suasana akademis.

Pentingnya Lingkungan Akademis Kampus dalam Kampanye Capres

Pengamat pendidikan, Indra Charismiadji, menekankan pentingnya menjaga lingkungan akademis saat kampanye capres dilakukan di lingkungan pendidikan. Dalam konteks kampus, kampanye sebaiknya berbentuk debat dan interaksi yang akademis.

Kampanye di lembaga pendidikan (kampus), seharusnya memberikan ruang untuk presentasi gagasan dan menjawab pertanyaan, tanpa menjurus kepada kampanye vulgar. Ini menjadi kesempatan bagi calon pemimpin untuk berinteraksi dengan mahasiswa, dosen, dan guru dalam suasana yang lebih ilmiah.

BACA JUGA:  FIM MiniGP Indonesia Series 2024: Kompetisi Sengit Pembalap Muda di Sirkuit Gery Mang

Menghadirkan Wacana Substansial: Upaya Menuju Pemimpin yang Berkualitas

Keputusan MK membuka peluang bagi calon pemimpin untuk berdialog di lingkungan akademis. Diharapkan, hal ini dapat menghasilkan pemimpin yang lebih berkualitas, berfokus pada solusi, dan memiliki wawasan yang mendalam terhadap isu-isu nasional.

Pentingnya menghilangkan kampanye berpola sama dan mencari alternatif seperti debat di lingkungan pendidikan untuk membangun pemimpin yang mampu merespons tantangan bangsa.

Kampanye capres di lingkungan kampus menjadi peluang untuk memperkuat demokrasi melalui dialog konstruktif. Setiap pihak, termasuk kampus dan pemerintah, perlu menjaga suasana akademis, memastikan debat yang bermutu, dan memberikan ruang bagi pemimpin masa depan untuk berinteraksi dengan para intelektual muda.

Ini bukan hanya tentang pemilihan, tetapi juga tentang membangun budaya berpikir kritis dan menyeluruh untuk kesejahteraan bangsa. (R8/HR Online/Editor Jujang)