suarasubang.com – Kehadiran truk besar di Kabupaten Subang semakin meresahkan warga. Jalur utama yang sering dilalui truk proyek, khususnya di daerah Pantura dan wilayah Pasirkareumbi, mengalami peningkatan lalu lintas kendaraan berat.
Aktivitas ini tidak hanya menyebabkan kemacetan tetapi juga sering menimbulkan kecelakaan yang merugikan masyarakat setempat. Warga menyampaikan kekhawatiran terkait kerusakan jalan yang semakin parah, peningkatan polusi, serta ancaman keselamatan bagi pengguna jalan lain.
Kecelakaan yang Menjadi Sorotan
Beberapa kecelakaan tragis yang melibatkan truk besar terjadi dalam tiga bulan terakhir di Subang. Kecelakaan ini sering kali disebabkan oleh truk yang membawa muatan berlebih atau mengalami masalah teknis, seperti rem blong, yang berpotensi menimbulkan kecelakaan fatal.
Salah satu kecelakaan besar yang baru-baru ini terjadi di Pasirkareumbi melibatkan dua truk besar yang mengalami tabrakan, sehingga memperparah kemacetan di daerah tersebut.
Selain itu, pada 28 September 2024, terjadi kecelakaan truk pasir di Jalan Pasirkareumbi, Subang, yang melibatkan truk bermuatan pasir dengan mobil bak terbuka.
Truk tersebut kehilangan kendali dan menabrak mobil bak yang sedang melintas. Insiden ini menyebabkan lalu lintas di sekitar lokasi mengalami kemacetan signifikan karena jalan utama terganggu.
Untungnya, tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini, namun insiden tersebut menunjukkan bahaya lalu lintas akibat kendaraan berat yang beroperasi di area padat penduduk.
Beberapa waktu lalu di daerah Cijambe, kecelakaan beruntun yang melibatkan truk dan delapan kendaraan lainnya juga terjadi. Dalam insiden ini, sebuah truk pengangkut galon menabrak beberapa kendaraan di depannya, yang mengakibatkan satu orang meninggal dan beberapa lainnya terluka.
Kecelakaan yang berkaitan dengan proyek Patimban juga menjadi perhatian, mengingat banyaknya aktivitas truk besar di wilayah tersebut yang kerap kali menyebabkan kecelakaan.
Keluhan Warga dan Dampak Lingkungan
Masyarakat Subang mengeluhkan dampak lingkungan akibat aktivitas truk besar, termasuk debu, kebisingan, dan kerusakan jalan.
Kerusakan infrastruktur akibat beban berat truk berdampak langsung pada pengguna jalan lain yang harus menghadapi lubang dan jalan yang tidak rata.
Selain itu, warga yang tinggal di sepanjang jalur truk merasa khawatir akan keselamatan mereka, khususnya bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda motor.
Teddy Supriadi, warga yang tinggal di kawasan Sompi mengaku geram dengan melimpahnya truk proyek di jalan-jalan utama kota Subang.
“Truk-truk ini mengular di jalan, bikin macet dan jalan jadi nggak kelihatan. Selain jalannya berbondong-bondong, kadang ugal-ugalan, pokoknya membahayakan!“ keluhnya.
Lain lagi dengan Yuyum Rusmiati, warga Tegal Kelapa yang memprotes truk proyek yang sering parkir sembarangan.
“Truk-truk ini sering parkir seenaknya. Kadang-kadang bisa 3-5 mobil. Sangat mengganggu sekali,” ujarnya.
Solusi yang Diharapkan
Warga mendesak pemerintah daerah untuk mengambil tindakan mitigasi, seperti perbaikan jalan yang rusak, pembatasan waktu operasi truk, serta pengawasan lebih ketat terhadap muatan dan kondisi kendaraan truk.
Dengan solusi yang efektif, diharapkan aktivitas truk besar di Subang dapat tetap mendukung pembangunan ekonomi tanpa membahayakan keselamatan dan kenyamanan masyarakat setempat.
Langkah-langkah tersebut diharapkan mampu mengurangi dampak negatif truk besar, sehingga jalan-jalan di Subang bisa menjadi lebih aman dan ramah bagi semua pengguna jalan.
Subang kerap mengalami beberapa kecelakaan besar yang melibatkan truk dan kendaraan berat di jalur-jalur utama, terutama di area turunan di kawasan Subang, sekitar Pantura dan wilayah Patimban.
Kondisi ini menggarisbawahi kebutuhan akan mitigasi risiko kecelakaan akibat truk besar, terutama di jalan-jalan sempit seperti Pasirkareumbi.
Tingginya intensitas lalu lintas truk di Subang, khususnya pada jalan-jalan yang digunakan oleh kendaraan berat dari dan menuju proyek, telah menambah risiko kecelakaan di daerah ini.