Subang – Ribuan warga memadati pesta rakyat di Pabedilan, Cirebon, saat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi datang menghadiri acara tersebut. Di tengah keramaian, sebuah momen menyentuh terjadi ketika Dedi berbincang hangat dengan seorang Bu RT yang juga bekerja sebagai buruh tani.
Bu RT itu berhasil menyekolahkan lima anaknya hingga lulus SMA dan kini semuanya telah bekerja. Mendengar kisah inspiratif itu, Dedi spontan memberikan bantuan uang sebagai bentuk apresiasi. Namun, dengan tulus Bu RT menolak karena merasa jumlahnya terlalu besar.
“Jangan banyak-banyak, Pak,” ucap Bu RT. Respons itu membuat Dedi memeluknya erat. Tangis haru pun pecah di tengah warga yang menyaksikan.
“Ini seorang ibu, suaminya hanya Ketua RT, tapi bisa sekolahkan anak-anaknya sampai tamat,” kata Dedi sambil menahan haru. Ia lalu menirukan perkataan Bu RT yang menolak bantuan karena merasa tidak pantas menerima uang sebanyak itu.
Ketika Dedi menanyakan apakah Bu RT memiliki hutang, ia hanya menjawab singkat, “Rahasia Pak.” Namun akhirnya, Bu RT mengaku memiliki utang Rp3 juta.
Dedi pun menyerahkan uang sebesar Rp25.400.000. Namun lagi-lagi, Bu RT merasa jumlahnya terlalu banyak. “Kalau terlalu banyak, saya tambah lagi jadi Rp30 juta,” ujar Dedi, mencoba mencairkan suasana.
Dengan ragu, Bu RT terus menolak tambahan uang itu. “Udah, Pak. Udah banyak,†jawabnya lirih. Ia mengaku takut melihat uang sebanyak itu.
Gubernur pun memberikan solusi. Ia meminta agar uang tersebut dibelikan emas. “Sebagai kenang-kenangan dari saya, buat Ibu ke depan,†katanya.
Dalam pidatonya kepada warga, Dedi menyampaikan bahwa kepemimpinan sejati bukan hanya soal angka dan jabatan. “Derajat tertinggi dalam memimpin adalah dengan rasa dan cinta,†tegasnya.
Ia percaya, rasa dan cinta akan membawa kebahagiaan dan ketentraman bagi rakyat. Ia berharap pertemuan itu menjadi simbol cinta antara pemimpin dan rakyat.
“Yuk, kita urus bangsa ini dengan rasa dan cinta, agar bisa kita wariskan pada generasi berikutnya,” tutup Dedi.