Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (KUKMP) Kota Banjar, Jawa Barat, merespon keluhan pedagang tahu dan tempe soal melonjaknya harga kedelai impor yang kini tembus mencapai harga tertinggi yaitu Rp 13 ribu per kilogram.
Kepala Dinas KUKMP Kota Banjar, Edi Herdianto melalui Kabid. Perdagangan, Mamat Rahmat, mengatakan, pihaknya menduga melonjaknya harga bahan baku produksi tahu dan tempe tersebut lantaran pasokan barang yang ada saat ini terbatas.
Terbatasnya pasokan barang tersebut karena komoditas kedelai di negara penghasil kedelai sedang mengalami gagal panen. Kemudian transportasi angkutan barang sekarang ini juga naik imbas dari naiknya harga solar atau BBM.
Baca Juga: Harga Kedelai Tembus Rp 13 Ribu, Pedagang di Pasar Banjar Sebut karena Dollar Naik
Selain itu, lanjutnya, melonjaknya harga kedelai tersebut juga dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing US dollar yang sekarang ini tengah melemah.
“Nilai tukar rupiah sedang melemah, informasinya stok kedelai juga sedikit karena negara penghasil gagal panen. Ditambah transportasi mahal karena solar naik 32%,” kata Mamat Rahmat kepada HR Online, Rabu (5/10/2022).
Harga Kedelai Tembus 13 Ribu, Ketersediaan Kedelai di Kota Banjar Aman
Meski terjadi lonjakan harga kedelai, pihaknya memastikan ketersediaan komoditas kedelai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sejauh ini masih aman. Tidak ada kekurangan pasokan barang.
Baca Juga: Harga Kedelai Tembus Rp 13 Ribu, Pengrajin Tahu di Kota Banjar Babak Belur
Adapun terkait subsidi atas kenaikan harga komoditas kedelai tersebut, kata Mamat, untuk saat ini tidak ada subsidi dari pemerintah. Subsidi kedelai diberikan terakhir pada bulan Juli lalu.
“Kebutuhan kedelai itu sekitar 20 ton per bulan dan sejauh ini ketersediaan masih mencukupi. Adapun untuk subsidi itu terakhir bulan Juli lalu,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Paguyuban Pedagang Tahu dan Tempe Kota Banjar, Enceng Rahmat, mengeluhkan naiknya harga kedelai impor yang kini tembus di harga Rp 13 ribu per kilogram.
Para pedagang merasa keberatan karena akhir-akhir ini harga kedelai impor tersebut naik terus dan kian tak terkendali. Hal tersebut menambah biaya operasional produksi dan mengurangi pendapatan para pedagang.
“Selisih berapa juga kenaikan harga itu mengurangi pendapatan dan harga sekarang ini lebih tinggi dibandingkan saat kami adakan aksi mogok pada tahun lalu Rp 12.500 per kilogram,” katanya. (Muhlisin/R7/HR-Online/Editor-Ndu)