Tragedi Stadion Kanjuruhan menimbulkan korban sebanyak 130 orang meninggal dunia, dan ratusan lainnya masih dirawat di rumah sakit. Kericuhan di Stadion Kanjuruhan yang terjadi usai pertandingan sepak bola Liga 1, antara Arema FC dan Persebaya Surabaya berakhir, pada Sabtu (1/10/2022) itu, mendapat tanggapan dari Presiden Jokowi.
Peristiwa bermula ketika suporter Arema FC yang merupakan tuan rumah menggasak masuk lapangan pertandingan.
Mereka tidak menerima tim kesayangannya mengalami kekalahan. Seperti diketahui pertandingan berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan Persebaya yang merupakan rival dari Arema.
Akibat banyak suporter yang berusaha memasuki lapangan, menyebabkan situasi tidak terkendali. Polisi pun mengeluarkan gas air mata.
Gas air mata juga ditembakan ke arah tribun mengakibatkan suporter panik, dan berusaha keluar dari Stadion Kanjuruhan.
Para suporter yang berusaha keluar tersebut berdesak-desakan, dan berakhir menjadi tragedi yang mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia.
Pernyataan Presiden Jokowi atas Tragedi Stadion Kanjuruhan
Menanggapi peristiwa naas tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan duka cita. Selain itu Jokowi juga memberikan pernyataan tegas terkait hal-hal perlu dilakukan untuk menangani peristiwa tersebut.
“Saya sampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya 129 orang dalam tragedi sepakbola di Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur,” ungkapnya, Minggu (2/10/2022).
Presiden meminta adanya pelayanan khusus untuk para korban yang sedang menjalani perawatan kepada Kementerian Kesehatan dan Gubernur Jawa Timur.
“Saya sudah meminta supaya ada monitor khusus untuk pelayanan korban, yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit, agar mendapat pelayanan terbaik,” katanya.
Kemudian, Jokowi juga menginstruksikan kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kapolri dan Ketua Umum PSSI, supaya melakukan evaluasi secara menyeluruh tragedi Stadion Kanjuruhan.
“Lakukan evaluasi secara menyeluruh tentang pelaksanaan pertandingan sepak bola beserta prosedur pengamanan dalam menyelenggarakan,” tuturnya.
Baca Juga: Presiden Dimarahi Siswi SMA Gegara HP-nya Rusak, Jokowi Belikan HP Baru
Selanjutnya presiden memberikan instruksi khusus kepada Kapolri, supaya melakukan investigasi terhadap kasus Tragedi Kanjuruhan Malang.
“Saya minta Kapolri supaya menginvestigasi secara menyeluruh, dan usut tuntas kasus ini,” lanjut presiden.
Presiden Perintahkan Liga 1 Berhenti Sementara
Selain menyampaikan duka cita dan meminta supaya adanya evaluasi beserta investigasi secara menyeluruh, Jokowi juga meminta PSSI menghentikan sementara liga 1.
“Saya juga perintahkan kepada PSSI untuk menghentikan sementara Liga 1, hingga evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan,” tegasnya.
Presiden Jokowi pun menyesalkan terjadinya Tragedi Stadion Kanjuruhan tersebut. Ia berharap peristiwa itu menjadi yang terakhir kalinya dalam dunia sepak bola Indonesia.
Dapat Sorotan Negatif dari Media Asing
Kejadian berdarah tersebut tentu sangat mencoreng dunia sepak bola Indonesia. Sebab, tragedi yang berlangsung di Stadion Malang tersebut adalah rekor paling mematikan di Indonesia.
Laporan data dari SOS atau Save Our Soccer, jumlah korban meninggal dunia dalam sepak bola Indonesia dari 1995 sampai 2022 sebanyak 78 orang. Total tersebut sebelum adanya tragedi Stadion Kanjuruhan.
Sehingga dengan banyaknya korban jiwa, media asing sampai-sampai menyebut bahwa peristiwa tersebut sebagai ‘tradisi rusuh’ dan masalah laten sepak bola Indonesia.
Seperti New York Times, yang memberitakan bahwa suporter sepak bola Indonesia kerap melemparkan bom molotov ke lapangan saat pertandingan berlangsung.
Saking seringnya melakukan hal tersebut, pada setiap pertandingan pasti akan ada polisi anti huru hara yang berjaga.
Baca Juga: ASN Segera Terima THR, Gaji ke-13 dan Tukin, Ini Jadwal Pencairannya
Sedangkan kantor berita Reuters, memberitakan seringnya terjadi kekerasan antar pendukung sepak bola Indonesia, karena adanya persaingan sengit antar klub.
Kronologi Tragedi Stadion Kanjuruhan
Sementara itu, kronologi tragedi berdarah tersebut bermula usai pertandingan antara tuan rumah Arema FC melawan rivalnya, Persebaya Surabaya.
Jalannya pertandingan dengan tajuk derbi Jawa Timur tersebut berlangsung sangat ketat. Bahkan, sampai 5 gol tercipta dari 2 klub tersebut.
Tuan rumah terlebih dulu kebobolan lewat gol pemain Persebaya, Silvio Junior pada menit 8, dan Leo Lelis menit ke 32.
Namun Arema FC berhasil menyamakan kedudukan menjadi 2-2, berkat dua gol yang tercipta dari Abel Camara menit ke 42 dan 45+1.
Akan tetapi, pemain Persebaya, Sho Yamamoto berhasil membobol gawang Arema pada menit ke ke-51. Dan sampai pertandingan berakhir, Persebaya unggul 3-2 atas Arema.
Pendukung Arema pun tidak menerima atas kekalahan dari rivalnya tersebut. Dan itulah awal kejadian tragedi Stadion Kanjuruhan.
Para suporter Arema merasa kecewa, dan kemudian mereka langsung merangsek berhamburan masuk ke lapangan usai pertandingan berakhir. Caranya, dengan meloncati pagar pembatas dalam stadion. Sehingga, menjadikan situasi tak terkendali.
Pihak kepolisian dan keamanan lainnya terlihat kewalahan saat mengendalikan situasi yang ricuh itu.
Gas air mata yang polisi luncurkan ke arah tribune penonton, bukannya membuat situasi terkendali malah menjadi ricuh dan panik.
Tragedi Stadion Kanjuruhan yang menimbulkan korban jiwa sampai ratusan orang tersebut, merupakan insiden berdarah kedua sepanjang dunia sepak bola dunia. Pertama adalah pertandingan antara Peru lawan Argentina di kualifikasi Olimpiade pada tahun 1964, yang menewaskan 328 orang. (Rizky/R5/HR-Online/Editor-Adi)