Beranda Berita Nasional Kebebasan Media Sosial Jadi Tantangan Penguatan Pancasila

Kebebasan Media Sosial Jadi Tantangan Penguatan Pancasila

35cce85a6aaddec21feb3d9535f660b3.jpeg

KBRN, Jakarta: Era kebebasan media sosial (medsos) dewasa ini dinilai menjadi tantangan bagaimana melakukan penguatan sekaligus pembumian Pancasila.

Paham-paham berseberangan dengan Pancasila bertebaran di medsos berusaha mempengaruhi pikiran-pikiran para netizen (para pengguna medsos).

Dengan demikian, informasi di era ini dinilai menjadi sangat personal, sehingga nantinya hanya individu berkepribadian serta berkarakter kuat saja dapat menyaring setiap informasi yang beredar.

“Para kaum radikal mengumpulkan pengikut lewat media sosial. Bahkan para penganut gaya hidup liberal, pergaulan bebas, hingga individualistik juga menggunakan medsos sebagai media propaganda,” papar Anggota Komisi VI DPR RI Singgih Januratmoko, dalam Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Klaten, Senin (28/3/2022).

BACA JUGA:  Mungkinkah Indonesia Menjadi Kejutan di Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026?

Saat informasi sudah berada di dunia maya, praktis tak ada kontrol atau pengawasan.

“Bahkan orang tua tidak pernah tahu anak-anak mereka mengakses informasi apa saja. Tokoh agama juga jauh dari tatap muka,” ujarnya.

Solusi masalah di atas menurutnya adalah peningkatan sosialisasi Empat Pilar, yakni Ideologi Pancasila, Undang Undang Dasar 1945 (UUD 45), kesepahaman akan Bhinneka Tunggal Ika, dan konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Terutama di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi, sebagaimana dahulu pernah dilakukan pemerintah. Kenapa harus begitu? Sebab minimnya pemahaman nilai-nilai Pancasila diyakini bakal menggerus kepribadian bangsa,” ucapnya.

BACA JUGA:  Kronologis Lengkap Kecelakaan Truk Maut di Subang: Dua Tewas, Delapan Luka-luka

Jika pengaruh medsos tidak terkontrol, masyarakat terpolarisasi dalam dua kutub, yaitu ekstrem kanan, kaum intoleran dan orang-orang berbeda pemahaman.

“Menganut hidup bebas, mementingkan diri sendiri dan golongan, serta tak peduli dengan masalah bangsa atau penderitaan orang lain, menjadi ancaman,” imbuhnya. 

Sekarang saatnya melakukan penguatan pendidikan karakter berbasis Pancasila.

Orang tua dan para guru, sampai dosen, mesti bahu membahu melakukannya.

“Saran untuk orang tua, jangan menyerahkan pengasuhan anak kepada gadget. Anak rewel jangan diberi ponsel. Bila terbiasa dengan ponsel otomatis mereka juga akan mengakses media sosial. Dari situlah mereka mengakses informasi tanpa memilah-milah,” katanya menambahkan.

BACA JUGA:  Kementerian Komunikasi Blokir Lebih dari 277.000 Konten Judi Online dalam Tiga Minggu

Senada dengan Singgih, salah satu pembicara sosialisasi empat pilar Stevano Davi menyatakan, membumikan Pancasila sejatinya terus-menerus dilakukan. 

“Masyarakat bahkan hafal dengan baik Pancasila, karena begitu sering mendengarkan sila-sila. Persoalannya adalah, bagaimana mengamalkan nilai-nilai Pancasila,” ujarnya. 

Tanpa memahami nilai-nilai Pancasila, membuat seseorang kehilangan panduan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 

Ia berharap para orang tua mampu memberi contoh kepada anak-anaknya bagaimana bersikap toleran, saling menghargai.