Beranda Berita Subang Mahasiswa UNISBA Sulap Sampah Jadi Kompos, Subang Tersenyum Hijau

Mahasiswa UNISBA Sulap Sampah Jadi Kompos, Subang Tersenyum Hijau

program mahasiswa UNISBA pengolahan sampah Subang

SUBANG – Di Desa Kiarasari, Kecamatan Binong, ada aroma perubahan yang menggoda hidung: bukan bau sampah, tapi semangat hijau yang sedang tumbuh.

Program riset mahasiswa berdampak dari BEM Universitas Islam Bandung (UNISBA) menggandeng Universal Volunteer Indonesia (UVI) dan PKK Desa Kiarasari, dengan pendampingan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Subang.

Ketua Tim Program Mahasiswa Terdampak UNISBA, Dr. Ir. Muhammad Satori S.T., IPU, menjelaskan bahwa kehadiran mahasiswa UNISBA di sana bukan untuk liburan, tapi untuk mengoperasikan teknologi paten bata terawang—alat pengolah sampah organik menjadi kompos super.

Program ini merupakan hibah dari Kementerian Sainstek tahun 2025, dan telah melaju sejak awal Oktober.

BACA JUGA:  Polres Subang Tangkap Pelaku Penganiayaan Berat terhadap Mantan Istri

Tahapannya seru: mulai dari sosialisasi, pembuatan tujuh unit bata terawang—lima di Sekretariat UVI, dua di belakang Kantor Desa Kiarasari—semuanya siap beraksi melumat sampah jadi manfaat.

“Alasannya UNISBA tertarik dengan permasalahan ini, diterapkan di Desa Kiarasari Kecamatan Compreng Kabupaten Subang, dimana di Desa ini, pada umumnya di Subang, sampah itu sudah menjadi problem. Tentunya juga terjadi di semua tempat, dan program ini bisa berjalan jika kami memiliki mitra. Kebetulan kami di sini memiliki mitra yaitu, UVI di Kecamatan Compreng Subang ini,” ujar Dr. Satori kepada RRI Subang, Selasa (11/11/2025).

BACA JUGA:  Rp12,6 Miliar Digelontorkan, Jalan Cagak–Purwakarta/Subang Dibedah: Warga Masih Ragu Kualitasnya

Ia menuturkan, program ini lahir dari keresahan: sampah organik yang menumpuk akhirnya diolah menjadi pupuk organik, agar bisa kembali menyuburkan tanah, bukan sekadar menambah beban bumi.

“Harapannya sesuai yang dikerjakan mitra di sini, kinerja para petani yang dibina oleh UVI, kinerjanya juga ikut meningkat. Karena kompos yang dihasilkan itu, bisa mendukung program pertanian. Itu yang kita harapkan dari program ini, di satu sisi program ini, bisa menyelesaikan persoalan sampah organik, ya minimal bisa mengurangilah,” jelasnya penuh harap.

Tak berhenti di situ, pupuk hasil inovasi mahasiswa UNISBA ini diaplikasikan pada tanaman kacang sancha inchi—si kacang eksotis yang dikenal kaya gizi dan tengah naik daun di masyarakat.

BACA JUGA:  BYD Bangun Pabrik Raksasa di Subang, Siap Guncang Industri Mobil Listrik Indonesia

Pendampingan mahasiswa dilakukan dengan gaya roadshow ala akademisi keliling, tiga hingga empat kali pertemuan, tanpa perlu menginap di lokasi.

“Jadi program ini sudah berlangsung sejak awal bulan Oktober kemarin. Kegiatan pendampingan akan berlangsung selama 3 bulan, dengan tiga hingga 4 kali pertemuan, artinya para mahasiswa tidak tinggal di sini, disesuaikan dengan jadual road show,” tandas Dr. Satori.

Dari sampah jadi kompos, dari kompos tumbuh kacang, dari kacang lahir harapan. Siapa sangka, inovasi bisa sesederhana bata terawang—dan secerdas mahasiswa yang mau turun tangan.