Beranda Berita Subang Dedi Mulyadi Bongkar Kejanggalan: Aqua Bayar Rp600 Juta ke PDAM Subang Tiap...

Dedi Mulyadi Bongkar Kejanggalan: Aqua Bayar Rp600 Juta ke PDAM Subang Tiap Bulan, Tapi Airnya Sudah Tak Dipakai!

Aqua PDAM Subang Rp600 juta

Subang – Ada aroma aneh yang tercium dari balik keran air Subang.
Bukan karena kualitas airnya, tapi karena uang kompensasi yang terus mengalir — meski sumber airnya sudah berhenti mengalir ke Aqua.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengungkapkan bahwa perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) Aqua masih membayar kompensasi sebesar Rp600 juta per bulan kepada PDAM Kabupaten Subang.
Padahal, Aqua sudah tidak lagi menggunakan sumber air milik PDAM Subang.

“Waktu awal itu perusahaan itu ngambil airnya bareng dengan PDAM dengan satu SIPA,” ujar Dedi saat ditemui di Gedung DPRD Jawa Barat, Kota Bandung, Jumat (31/10/2025).

BACA JUGA:  Mardigu & Helmy Gagal Lolos Seleksi BJB, Dedi Mulyadi Sindir OJK dengan Nada Pahit-Manis

Kisahnya berawal dari kerja sama antara Aqua dan PDAM Subang sejak tahun 1994.
Kala itu, mereka berbagi sumber air resmi dengan satu izin pengambilan air (SIPA).
Namun kini, meski kerja sama masih berjalan di atas kertas, praktiknya sudah tak sejalan dengan isi perjanjian.

Dedi Mulyadi pun mencium ada “bau kejanggalan” di balik aliran dana tersebut.
Menurutnya, pembayaran kompensasi tanpa dasar hukum yang jelas sama saja dengan menyiram uang ke tanah kering.

BACA JUGA:  Subang Dorong Pemekaran Desa untuk Percepat Pelayanan Publik

“PDAM seharusnya tidak hanya menjadi penerima kompensasi bulanan, tetapi juga harus terlibat dalam struktur usaha Aqua. Dengan begitu, PDAM bisa memperoleh manfaat jangka panjang dari kerja sama tersebut. Itu nggak pintar PDAM-nya, lebih memilih mendapatkan uang setiap bulan,” tegas Dedi.

Ia juga menegaskan, kompensasi itu sah hanya jika Aqua masih memanfaatkan aset air milik PDAM Subang.
Jika tidak, pembayaran sebesar Rp600 hingga Rp700 juta per bulan itu bisa dikategorikan ilegal.

“Saya nanti hari Senin saya nemuin BPK dan menyampaikan surat permohonan audit,” ujarnya dengan nada serius.

BACA JUGA:  Bupati Subang Diperiksa 7 Jam Terkait Dugaan Pencemaran Nama Baik

Langkah audit ini, kata Dedi, bukan sekadar mencari siapa salah siapa benar, tetapi juga menjadi momentum menata ulang pengelolaan sumber air di Jawa Barat.
Tujuannya jelas: agar rakyat tidak sampai mandi pakai air sawah lagi, seperti sindirannya yang sempat viral.

“Saya ingin identifikasi sumber air, baik yang digunakan oleh swasta maupun pemerintah. Karena orientasinya, negara wajib menyediakan air bersih bagi warga,” pungkasnya.

Air mungkin tak berwarna dan tak berbau — tapi di Subang, ternyata bisa juga beraroma misteri finansial.