KOTASUBANG.com, Subang – Pernah mendengar kisah Ba Eming ? Beliau adalah tokoh perlawanan atas penindasan yang dilakukan pemerintahan kolonial terhadap para petani di Subang. Kisahnya memang belum banyak diperbincangkan diruang-ruang publik, padahal kiprahnya ketika itu bisa dibilang salah satu tonggak munculnya perlawanan terhadap kolonialisme di Subang.
Kisahnya dibahas dalam acara diskusi yang digelar bertajuk “Ba Eming: Tokoh Perlawanan Subang, yang diselenggarakan komunitas Saba Budaya Subang di saung Menak Padjadjaran, desa Jabong, Pagaden Selasa sore (15/03/2022).
Anggi Agustian Junedi narasumber utama dalam kegiatan tersebut mengungkapkan, kisah Ba Eming bermula ketika tuan tanah di Subang ketika itu menaikan cukai pertanian hingga 200%. Hal ini kemudian memicu kemarahan para petani di Subang ketika itu. Hasil penelusuaran dan penelitiannya mengenai Ba Eming ini sebelumnya dia tuliskan dalam buku Inventarisasi Potensi Kesejarahan Lokal Subang bersama timnya.
“Kiprah Bah Eming dapat ditelusuri dari aktivitas surat menyurat antara Kontrolir Subang (W.E. Rappard) dengan Asisten Residen Krawang (J.C. Bedding), J.C. Bedding dengan Residen Batavia (H. Rijfsnijder), dan H. Rijfsnijder dengan Gubernur Jendral (A.W.F. Idenburg) pada bulan Juli hingga September 1913. Adapun isi surat menyurat tersebut berkaitan dengan kekacauan yang terjadi di Tanah Partikelir Pamanoekan en Tjiassemlanden (P en T),” jelasnya.
Riak-riak perlawanan kecil mulai muncul diantara petani ketika mendengar cukai dinaikan, lama-lama riak itu semakin membuncah dan menjadi aksi massa dengan Ba Eming sebagai tokoh sentralnya.
Beberapa bulan kemudian mediasi dilakukan oleh kontroler dan wedana dengan tuan tanah, namun gagal sehingga timbul kemarahan para petani dan menyebabkan keributan dengan polisi.
Dua hari kemudian Ba Eming mendapat surat panggilan polisi. Alih-alih dia datang sendiri Ba Eming datang bersama ratusan petani dan melakukan perlawanan. Tuan tanah kemudian marah besar dan memerintahkan Ba Eming beserta pengikutnya untuk ditangkap.
Anggi mengatakan diangkatnya tokoh heroik Ba Eming merupakan hal yang sangat penting, Ba Eming melengkapi figur pahlawan asal Subang, jadi semakin banyak tokoh yang jadi role model.
“Melalui tokoh-tokoh heroik ini tentunya akan membangkitkan spirit bagi orang Subang itu sendiri, bahwa orang Subang itu adalah pejuang,” ujarnya.
Selama ini lanjut Anggi belum ada tokoh Subang yang diangkat jadi pahlawan nasional. Dengan adanya tokoh Ba Eming ini mungkin ada harapan lain untuk diajukan menjadi pahlawan nasional.
Pamong kebudayaan Yayan Suryanata mengungkapkan, perlawanan yang dilakukan Ba Eming ketika itu kemungkinan memicu spirit perlawanan lainnya di Subang. Tak terlampau jauh dari peristiwa itu kemudian muncul beberapa gerakan-gerakan perlawanan lainnya di Subang seperti yang dilakukan Odeng Jayawisastra, Darmodihardjo dan Mei Kartawinata.
Diskusi terkait kepahlawanan Ba Eming dalam memperjuangkan para petani ini rencananya akan kembali digelar untuk menggali lebih jauh sosok kepahlawanan Ba Eming.