Subang bagian utara lagi-lagi masuk sorotan. Meski hujan masih turun di tengah musim kemarau, warga di kawasan Pantura tetap kelimpungan mencari air bersih. Alih-alih segar, air di sana malah bercampur dengan rasa payau khas laut.
“Permintaan dari Pantura (Pantai Utara) Subang susah air minum karena payau (tercampur) air laut,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD Subang, Udin Jazudin, Jumat 5 September 2025. Kalimat ini seakan menjadi alarm betapa peliknya situasi.
Setiap musim kemarau, cerita lama selalu terulang: warga antre, tangki air datang, dan BPBD menjadi penolong darurat. Tahun lalu pun begitu, warga tak segan melapor dan meminta suplai air lewat truk tangki. Praktis, air jadi barang mewah sementara.
Karena itulah, solusi permanen sedang digali. Bukan kiasan, tapi benar-benar digali dalam bentuk sumur bor. Udin menegaskan, proyek sumur bor bukan wacana semata. Tahap pertama sudah kelar pada 2024 dengan 10 titik, berkat tangan dingin Kodim 0605/Subang.
Masuk ke tahun 2025, tahap kedua dijalankan. Targetnya 10 titik, tapi baru 5 titik yang dikerjakan oleh Pusterad. Sisanya? Masih menunggu giliran untuk dituntaskan. “Tahap kedua tahun 2025 ada 10 titik. Yang mengerjakan Pusterad (Pusat Teritorial Angkatan Darat) baru 5 titik,” jelas Udin.
Meski begitu, BPBD Subang belum bisa merinci wilayah mana saja yang benar-benar rawan krisis air. Data soal lokasi sumur yang sudah atau akan dibangun juga masih kabur. Warga pun hanya bisa berharap, sumur-sumur itu segera lahir dan menjadi penyelamat di tanah kering Pantura.