Subang — Kabupaten Subang akhirnya punya alasan kuat untuk tersenyum lebar: sebanyak 35 puskesmas-nya kini resmi menyandang status Paripurna! Bukan sekadar naik kelas, ini prestasi monumental—karena belum pernah dalam sejarah puskesmas di Subang mendapat predikat tertinggi ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, dr. Maxi, S.H., M.H.Kes, menyampaikan kabar gembira ini dengan wajah yang (mungkin) lebih cerah dari sinar matahari siang bolong. “Akreditasi pertama dibagi dua tahap, tahun 2017 dan 2018. Hasilnya waktu itu cuma 6 predikat Dasar, 26 Madya, dan 8 Utama,” jelasnya, Rabu (6/8/25), di kantornya.
Jadi ya… dulu itu mayoritas masih di level “belum matang”, alias Madya dan Dasar. Tapi sejak akreditasi terakhir tahun 2023, angkanya melesat: 35 puskesmas naik ke Paripurna, sisanya 5 lagi bertahan di Utama. Artinya, Madya dan Dasar? Sudah tak ada lagi dalam kamus puskesmas Subang.
Tapi jangan salah, ini bukan lompatan sulap. Untuk meraih akreditasi Paripurna, puskesmas harus lolos dari 600 item penilaian. Mulai dari alur layanan, fasilitas, sampai manajemen dan mutu pelayanan. Berat? Jelas. Tapi bisa? Buktinya, 35 puskesmas sanggup menembusnya!
Lalu kenapa masih ada 5 yang belum? Menurut dr. Maxi, “Masih ada alur pelayanan yang kurang tepat, karena bangunan berhimpitan dengan kantor desa. Selain itu, faktor pimpinan pada puskesmas.” Wah, ternyata bukan soal medis saja, tapi juga urusan layout dan leadership.
Namun, ia optimis. “Kalau dua faktor itu diperbaiki, kami optimis semua Paripurna di 2028,” ujarnya dengan yakin, seperti dokter yang tahu pasiennya bisa sembuh asal patuh minum obat.
Dan yang menarik, naiknya akreditasi berbanding lurus dengan meledaknya jumlah pasien! Dulu, paling banter 50 pasien per hari. Sekarang? Bisa 100 bahkan 250–300 orang per hari. “Puskesmas Sukarahayu per hari bisa capai 250-300 orang. Ini bukti bahwa masyarakat percaya dengan pelayanan kesehatan di puskesmas,” kata dr. Maxi, yang juga Ketua IDI Cabang Subang.
Artinya? Puskesmas di Subang kini bukan cuma tempat berobat, tapi tempat yang dipercaya—dan itu tak ternilai.