SUBANG — Sebuah kisah tragis namun sarat pelajaran datang dari Desa Karang Mulya, Kecamatan Legon Sari, Subang. Seorang pria paruh baya bernama Warno alias Ano, 55 tahun, meninggal dunia usai diserbu ratusan pasukan bersayap—tawon vespa, bukan drone apalagi tawon madu yang bersahabat.
Awalnya, rumah seorang warga dihuni oleh “tamu tak diundang” yang membangun markas di atapnya—yakni sarang tawon. Warga sudah bertindak sesuai SOP: lapor ke BPBD dan Damkar. Tapi, sosok pemberani bernama Ano merasa bisa menangani urusan ini seperti sedang menangkapi layangan putus.
“Katanya mau ada tim damkar ke rumah mau evakuasi sarang tawon, terus ada warga nyari tangga. Kemudian ada almarhum bilang ah kecil itu mah saya udah biasa, saya udah bilang ada petugas mau datang. Uwa malah langsung naik lewat dalam (rumah) tapi gak bisa, kirain gak melanjutkan dia naik dari luar,” jelas Wahidin, kerabat korban.
Dengan percaya diri, Ano meminta karung—bukan untuk belanja di pasar, tapi untuk membungkus sarang tawon. Sayangnya, bukan sarang yang masuk karung, tapi justru dirinya yang masuk daftar serangan tawon.
“Kata uwa, mana karung tapi sarang enggak masuk ke karung, terus tangan uwa coba gapai sarang tawon. Tapi tangan uwa langsung dikerubutin tawon, luka dan badan penuh tawon,” lanjut Wahidin.
Aksi nekat ini berakhir dramatis. Ano mencoba turun lewat tangga, tapi kehilangan keseimbangan. Ia terjatuh dan pingsan. Warga sekitar, meski ingin menolong, harus berpikir dua kali—karena siapa pun yang berani mendekat, risikonya bisa ikut masuk ke “daftar hitam” tawon.
“Wa Ano udah pingsan dibawa, terus dibawa ke rumah sakit, sempat dirawat tapi tidak bisa tertolong, meninggal dunia,” kata Wahidin dengan suara berat.
Kepala Desa Karang Mulya, Rodid Saeful Alam, membenarkan insiden tersebut. Ia menjelaskan, Ano sudah dalam kondisi kritis saat tiba di fasilitas kesehatan.
“Betul ada rumah warga yang ada sarang tawonnya… karena memang mungkin kecil sarangnya makanya almarhum berusaha untuk memusnahkan sendiri, almarhum tersengat hampir seluruh tubuhnya diserang tawon tersebut, kemudian dibawa ke rumah sakit kondisi sudah kritis tadi malam korban meninggal,” terang Rodid.
Jenazah Ano tiba di rumah duka diantar mobil ambulans. Tangis keluarga pecah. Uwa yang dikenal ringan tangan dan pemberani itu, kini hanya tinggal kenangan.
Tak lama setelah insiden, tim BPBD dan Damkar Subang pun turun ke lokasi. Mereka langsung membasmi sarang yang jadi biang kerok tragedi ini. Padahal sebelumnya, tim memang berencana evakuasi sarang tersebut malam harinya—karena saat itulah tawon biasanya “clock out” dari aktivitas terbang.
Kisah ini bukan hanya tentang tragedi. Tapi juga tentang pentingnya menahan diri dan mempercayakan urusan ke ahlinya. Apalagi kalau sudah melibatkan hewan bersengat dan bersayap.