Beranda Berita Subang Gaspol Lawan Stunting! RSUD Subang Gandeng 40 Puskesmas Demi Generasi Emas 2045

Gaspol Lawan Stunting! RSUD Subang Gandeng 40 Puskesmas Demi Generasi Emas 2045

penanggulangan stunting RSUD Subang

SUBANG – Ada yang beda dari obrolan santai di Studio Radio Benpas Subang, Senin (21/7). Kali ini bukan soal dangdut koplo atau gosip artis lokal, melainkan soal masa depan bangsa: stunting! Dan RSUD Subang tampil sebagai superhero kesehatan yang siap menumpasnya—dengan bekal ilmu, kolaborasi, dan semangat tiada dua.

Lewat program talkshow LEKAT, dua narasumber dari RSUD Subang tampil penuh wibawa dan kepedulian. Ada dr. Riri Andriana, Sp.A., sang dokter spesialis anak yang paham betul seluk-beluk tumbuh kembang, dan Novi Achmad, S.S., M.AP., Ketua Dharma Wanita Persatuan RSUD Subang yang tak kalah energik.

Dalam bincang-bincang hangat tapi sarat makna, dr. Riri menyampaikan bahwa stunting bukan cuma urusan gizi, tapi soal masa depan bangsa. “Usia 30 tahun adalah usia emas seseorang untuk menjadi pemimpin yang matang. Maka, pembangunan kualitas anak harus dimulai sejak sekarang,” tegasnya.

BACA JUGA:  Petani Muda Langka? Bupati Subang Bersuara: “Ayo, Anak Muda, Pegang Cangkul Lagi!”

Dan RSUD Subang tak cuma jago omong. Mereka sudah on the move lewat kerja sama solid bersama 40 puskesmas se-Kabupaten Subang. Misinya? Edukasi masyarakat dan deteksi dini stunting. Kalau ada gejala yang mencurigakan, langsung disikat—dengan intervensi gizi, bukan emosi.

Lima fokus utama jadi senjata mereka:

  1. Penurunan angka stunting
  2. Layanan inklusif untuk anak berkebutuhan khusus
  3. Pencegahan kekerasan terhadap anak
  4. Penurunan angka pernikahan dini
  5. Literasi dan kecerdasan digital sejak dini
BACA JUGA:  Sigap dan Tangguh! KM Sinozi Terbalik, Lanal Cirebon Langsung Tancap Gas

Angka stunting di RSUD Subang kini sudah ditekan sampai 12 persen. Targetnya? Turun sampai 15 persen tahun depan. Tunggu, itu bukan typo—mereka memang ingin lebih turun dari sekarang!

“Gizi yang tidak tercukupi jadi penyebab utama stunting. Maka, edukasi adalah kunci,” ucap dr. Riri penuh semangat.

Sementara itu, Novi Achmad menyoroti bahwa isu stunting tak bisa ditangani secara medis semata. “Kesehatan anak bukan hanya urusan medis, tapi juga sosial dan kultural. Maka perlu pendekatan lintas sektor,” jelasnya.

Karena itu, kolaborasi lintas instansi, edukasi masif, dan pendekatan yang menyentuh hati masyarakat jadi strategi andalan mereka. Nggak cukup hanya kasih tahu soal isi piring sehat, tapi juga menyadarkan bahwa tumbuh kembang anak itu investasi masa depan—bukan pengeluaran.

BACA JUGA:  Bina Karya & Putra Banjaran Sabet Juara Piala Soeratin Elita Budiarti Cup Subang 2025!

Stunting, FYI, adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Bukan cuma bikin tubuh anak pendek, tapi juga bisa menghambat perkembangan otak dan melemahkan daya tahan tubuh.

Maka dari itu, baik pemerintah pusat maupun daerah terus gaspol dalam program percepatan penurunan stunting. Subang pun siap menyambut generasi Indonesia Emas 2045—yang bukan cuma tinggi badan, tapi juga tinggi wawasan dan daya saing.