SUBANG – Di balik gemerlap cahaya kota dan hiruk pikuk rutinitas, ada kisah hangat dari sebuah desa di Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang. Seorang bayi perempuan berusia 8 bulan bernama Raisya mencuri perhatian Kadinkes Subang, dr Maxi, S.H, M.H.Kes, yang langsung datang menjenguk dan memberi bantuan pada Selasa, 24 Juni 2025.
Anak dari pasangan Rasidin (55 tahun) dan Naisah (47 tahun) ini bukan bayi biasa. Raisya adalah pejuang cilik yang tengah bergulat dengan kondisi down syndrome, infeksi paru-paru, dan kebocoran jantung. Meski tubuhnya kecil, perjuangannya besar, dan perhatian pun datang dari para petinggi daerah.
Kunjungan Kadinkes ini bukan dadakan seperti hujan sore hari yang tak diundang. Beliau datang sesuai arahan Bupati Subang, Reynaldy Putra Andita Budi Raemi. Misinya jelas: memberi pelayanan terbaik untuk masyarakat, termasuk Raisya yang sedang bertarung dengan kondisi medisnya.
Saat menjenguk, dr Maxi memberikan kabar baik. Raisya sudah ditangani dengan baik oleh tim medis di RSHS Bandung dan akan kembali kontrol ke sana keesokan harinya. Supaya Raisya dan orang tuanya tidak mondar-mandir capek di jalan, mereka juga difasilitasi Rumah Singgah Kabupaten Subang yang letaknya tak jauh dari rumah sakit.
Namun perjuangan Raisya belum selesai. RSHS Bandung berencana merujuknya ke RS Harapan Kita di Jakarta karena kondisi kebocoran jantungnya cukup signifikan. Tapi tenang, Raisya tak akan berjuang sendiri—bantuan dan fasilitas tetap mengiringi langkah kecilnya.
Di sela-sela suasana haru, Kadinkes menyuntikkan semangat untuk kedua orang tua Raisya. “Ibu jangan putus asa, bapak terus semangat. Mudah-mudahan Raisya bisa sehat dan besar,” ujarnya penuh empati. Kalimat sederhana, tapi bisa jadi bahan bakar semangat bagi orang tua yang tengah diuji.
Sang ibu, Naisah, tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. Dengan mata yang berkaca-kaca, ia menyampaikan terima kasih kepada Kadinkes dan jajaran Puskesmas Pusakanagara. “Kami sangat ingin punya anak perempuan. Terima kasih bapak dan ibu telah jenguk dan beri bantuan,” ucapnya penuh haru.
Dari balik rumah sederhana di Desa Kalentambo, semangat hidup terus menyala. Raisya mungkin masih bayi, tapi kisahnya sudah mengajarkan kita satu hal: bahwa harapan tak pernah kehilangan tempatnya, selama ada kepedulian dan cinta yang menyertainya.