Subang – Kabupaten Subang, Jumat sore itu bukan sekadar langit yang mendung, tapi juga suasana yang ikut bergemuruh. Bukan karena cuaca, melainkan derap kaki ratusan sopir truk yang mendatangi Kantor Bupati Subang. Mereka tidak datang untuk meminta diskon BBM atau parkir gratis, tapi untuk satu hal yang bagi mereka lebih penting dari kopi di pagi hari: jam operasional!
Dengan spanduk-spanduk mengudara dan suara klakson menggelegar seperti konser dadakan, sekitar 250 sopir dari seantero Kabupaten Subang menyuarakan keberatan mereka terhadap Peraturan Bupati Nomor 28 Tahun 2023. Peraturan itu mengatur pembatasan jam operasional angkutan barang, ditambah lagi dengan kebijakan Over Dimension Over Loading alias ODOL. Kombinasi aturan ini terasa seperti jeruk nipis di luka—perih dan menyengat.
Tak hanya berorasi, massa sempat melampiaskan kegundahan mereka dengan aksi “pintu jebol berjamaah” di gerbang Kantor Bupati. Tapi jangan bayangkan kekacauan seperti film laga. Plh. Kapolres Subang, Kompol Endar Supriatna, tampil bak pawang badai. Dengan gaya santai tapi sigap, beliau menjelaskan, “Sekitar 250 orang supir dari berbagai wilayah di Kabupaten Subang, tolak kebijakan pembatasan jam operasional angkutan barang, yang tertuang dalam Peraturan Bupati Nomor 28 Tahun 2023, serta penerapan aturan mengenai kendaraan Over Dimension Over Loading (ODOL).”
Untuk mengawal aksi yang penuh semangat tapi rawan meletup itu, Polres Subang mengerahkan 100 personel gabungan—alias pasukan damai yang terdiri dari polisi dan Satpol PP. Tugas mereka bukan cuma jaga-jaga, tapi memastikan bahwa suara rakyat bisa sampai ke telinga pengambil kebijakan tanpa harus ada suara pecahan kaca.
“Dalam aksi unjukrasa ini, kami libatkan 100 personil Polres Subang, ditambah personil Satpol PP, guna mengawal para pengunjukrasa, agar aspirasinya tersampaikan,” kata Kompol Endar, sambil memastikan bahwa pendekatan humanis tetap menjadi jurus andalan, bukan tameng belaka.
Meski suasana sempat memanas, suasana berhasil diredam seperti api yang disiram es krim. Kompol Endar menyampaikan dengan lega, “Alhamdulillah, meski sempat memanas, namun pengunjukrasa berhasil kami redam emosinya dengan mengedepankan cara humanis, sehingga massa aksi berhasil kita redam.”
Dan begitulah, Subang kembali tenang, meski suara truk mungkin masih bergema di telinga para pejabat.