Beranda Berita Nasional Merajut Keberagaman Agama di Ciamis, Hidup Rukun Bukan Rekayasa

Merajut Keberagaman Agama di Ciamis, Hidup Rukun Bukan Rekayasa

Panawangan.jpg

harapanrakyat.com,- Merajut keberagaman agama di Ciamis, Jawa Barat, melalui sikap toleransi antar umat sudah terjalin sangat baik sejak dulu. Hal itu berkat kerjasama yang solid dan adanya kesatuan sikap, serta selalu berkomunikasi.

Udara sejuk Kelenteng Hok Tek Bio di Lingkungan Lebak, Kelurahan/Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, menyambut tim harapanrakyat.com, Jumat (28/7/2023). Padahal di luar udara sangat panas.

Ketua Majelis Konghucu Indonesia (MAKIN) Kabupaten Ciamis Andi Senjaya, menyambut kedatangan harapanrakyat.com di Kelenteng Hok Tek Bio.

Siang itu Andi tidak sendirian, ia bersama JS Widipriatno, rohaniawan yang melayani umat Konghucu di Priangan Timur.

Kelenteng Hok Tek Bio sudah berdiri sejak ratusan tahun yang lalu. Awalnya kelenteng tempat peribadatan umat Konghucu ini dibangun di lokasi yang sekarang menjadi Gedung Puspita. Lokasinya di Jalan Nasional III, Kabupaten Ciamis.

Kelenteng Hok Tek Bio baru pindah ke Jalan Ampera II, Lingkungan Lebak, Kecamatan Ciamis tahun 1943 atas bantuan penguasa Jepang bernama Fukuyama. Sedangkan menurut cerita sejarah, berdirinya Klenteng Hok Tek Bio ini tercatat tahun 1867.

Kampung Lebak sendiri diresmikan sebagai Kampung Kerukunan oleh Bupati Ciamis Herdiat Sunarya pada 21 April 2022 lalu. Di kampung ini terdapat 4 rumah ibadah agama berbeda yang berdekatan.

Selain Kelenteng Hok Tek Bio, di sebelahnya terdapat Gereja Santo Yohanes, tempat ibadah umat Katolik. Sementara di belakang klenteng hanya terpisah satu bangunan terdapat Masjid Al Mujahidin.

Tak jauh dari Kelenteng Hok Tek Bio terdapat Li Tang yang juga merupakan tempat ibadah umat Konghucu. Warga Ciamis mengenalnya dengan bangunan MAKIN.

Baca Juga: Puluhan Mahasiswa Fakultas Filsafat Unpar Katolik Bandung Kunjungi Kampung Kerukunan Ciamis

Merajut Keberagaman Agama di Ciamis Wujud Bhineka Tunggal Ika

Klenteng Hok Tek Bio. Foto: Ndu

Meskipun Kelenteng Hok Tek Bio berdiri pertama kali, namun tidak pernah ada pertentangan dari umat Konghucu ketika rumah ibadah lain mau didirikan di wilayah Kampung Lebak.

Buat warga yang beragama Konghucu tidak ada istilah menentang atau merasa terganggu dan tersaingi. Mereka justru bahagia apabila di satu tempat berdiri berbagai macam tempat ibadah. Artinya Bhineka Tunggal Ika itu benar-benar tercipta, terwujud.

“Religius orang-orang Kabupaten Ciamis ini betul-betul mendarah daging menjiwa. Jadi ketika gereja berdiri, masjid berdiri, ya kami happy-happy aja,” ungkap JS Widipriatno, yang juga penyuluh Kemenag Provinsi Jawa Barat dan bertugas di Priangan Timur.

Karena itulah, hubungan dengan umat beragama di Kampung Lebak terjalin sangat baik. Bahkan setiap tahun pada bulan 7 tahun Imlek, umat Konghucu di Ciamis mengadakan sembahyang King Hoo Ping, atau orang menyebutnya sembahyang rebutan.

Sembahyang rebutan merupakan ritual umat Konghucu untuk menyembahyangi para pendahulu yang tidak didoakan oleh keluarganya. Juga menyembahyangi saudara, teman dan kerabat yang sudah meninggal, tidak terbatas hanya orang Konghucu saja,

Sementara untuk yang masih hidup, keberagaman agama di Ciamis antara umat Konghucu di Kampung Lebak berbagi sembako tidak kurang dari 600 paket setiap tahunnya.

Kampung Kerukunan Bukan Slogan

Ketua MAKIN Kabupaten Ciamis Andi Senjaya menyebutkan, berdasarkan data MAKIN, terdapat 119 orang di Kabupaten Ciamis yang menganut agama Konghucu.

Baca Juga: Kesejukan Kampung Moderasi Kota Banjar

Keberagaman agama di Ciamis membuat warganya selalu hidup berdampingan dengan umat agama lain. Begitu juga di Kampung Lebak yang telah resmi sebagai Kampung Kerukunan.

BACA JUGA:  FIM MiniGP Indonesia Series 2024: Kompetisi Sengit Pembalap Muda di Sirkuit Gery Mang

“Bangunan Li Tang (bangunan MAKIN) kita dengan tetangga baik-baik saja, rukun-rukun saja. Makanya tahun kemarin Bapak Bupati Ciamis telah launching wilayah ini menjadi Kampung Kerukunan, Kampung Pancasila. Karena memang benar-benar rukun. Bukan sebatas slogan,” imbuh Andi Senjaya.

Ketua RW 012 Kampung Lebak, Asep menyebutkan, saat ini jumlah penduduk Kampung Lebak ada 107 KK. Kebanyakan muslim, sisanya ada Konghucu, Katolik, dan Kristen. Dari dulu kehidupan masyarakatnya rukun.

Asep yang ditemui sebelum salat Jumat itu mengaku sedang menyiapkan sajian Jumat Berkah. “Biasanya kalau nggak habis ya kita bagikan juga ke tetangga. Gak lihat agamanya, kalau lebih kita bagikan ke siapa saja,” terangnya.

Salah satu kegiatan untuk menjalin kerukunan di Kampung Lebak adalah Senam Kerukunan setiap dua bulan sekali.

Keberagaman agama di Ciamis setidaknya 70 warga Kampung Lebak berbaur dan senam bersama di halaman Gereja Santo Yohanes. “Tidak lihat agamanya apa, muslim dan nonmuslim ikut senam semua,” kata Asep.

Warga Beda Agama Hidup Rukun

Kerukunan di Kampung Lebak Ciamis juga dirasakan oleh Eroh (60), yang rumahnya bersebelahan dengan Li Tang, tempat ibadah umat Konghucu.

Eroh menuturkan, kehidupan sehari-hari di Kampung Lebak sama seperti kampung lainnya. Meskipun beragama Islam, namun ia menjalin hubungan baik dengan tetangga-tetangganya yang berbeda agama.

Baca Juga: Mengintip Kesibukan Warga Kampung Kerukunan Ciamis Jelang Puasa

“Aman-aman saja, gak gimana-gimana, gak ada beda dengan yang lain, akur semua,” ungkapnya, Selasa (29/8/2023).

Sementara itu Margareta Novi (50), salah satu jemaat Gereja Santo Yohanes mengatakan, banyak kegiatan di Kampung Lebak yang melibatkan warga dari berbagai agama.

“Selain senam kerukunan, kita sering sama-sama bersih-bersih. Mulai dari halaman masjid, gereja, sampai ke kelenteng juga,” katanya.

Perempuan yang akrab dipanggil Ci Ovi ini menuturkan, setelah acara bersih-bersih, warga biasanya makan bersama di jalan sekitar Kampung Lebak. Terutama menjelang bulan Ramadhan.

Kemudian, menjelang Idul Fitri, umat Katolik membuat paket ketupat dan opor dengan wadah menggunakan pipiti (wadah dari anyaman bambu) untuk dibagikan ke warga.

Saat ditanya apakah pernah ada konflik antara warga di Kampung Lebak, Ci Ovi pun menegaskan bahwa sesuai dengan namanya, Kampung Kerukunan, warganya pun hidup rukun, tidak pernah ada yang bertengkar.

Keberagaman Agama Turun Temurun di Kampung Susuru

Jalan menuju Kampung Susuru, sebuah kampung di Ciamis yang kental dengan keberagaman agama. Foto: Dadang/GR.

Selain ke Kampung Kerukunan di Kecamatan Ciamis, tim harapanrakyat.com juga mengunjungi Kampung Susuru di Kecamatan Kertajaya.

Masyarakat di kampung ini memiliki keberagaman agama turun temurun sejak dulu. Warganya ada yang memeluk agama Islam, Katolik, Protestan dan Sunda Wiwitan (penghayat kepercayaan).

Meski beda agama dan keyakinan, namun hal itu menjadi energi yang menyatukan masyarakat setempat. Tidak hanya itu, untuk urusan gotong royong masyarakat Dusun Susuru juga sangatlah tinggi.

Baca Juga: Mengintip Kesibukan Warga Kampung Kerukunan Ciamis Jelang Puasa

Mereka menjunjung tinggi nilai kepedulian antar sesama, dan toleransi antar umat beragama. Sehingga terciptanya lingkungan yang harmonis.

Tiba di Kampung Susuru, tim harapanrakyat.com langsung menemui Pimpinan Gereja Katolik Santo Simon, Paulus Anang Suryana.

Sambil menikmati minuman kopi khas Panawangan, Kabupaten Ciamis yang disajikan, kebetulan udara di Kampung Susuru cukup dingin, kami pun berbincang santai seputar keberagaman agama di Kampung Susuru.

BACA JUGA:  Cara Nonton Live Streaming Timnas Indonesia vs Australia Kualifikasi Piala Dunia 2026

Untuk sebuah kerukunan antar umat beragama, kata Paulus, di Dusun Susuru ini tidak perlu dibina lagi. Karena kerukunan itu sudah ada dari dulu secara turun temurun.

“Soal kerukunan antar umat beragama di Susuru itu sudah ada di hati kita. Manusia diciptakan dari sumber yang sama. Masalah ajaran dan akidah, itu tergantung dari keyakinan masing-masing,” katanya, Sabtu (29/7/2023).

Kerukunan Umat Beragama Bukan Hasil Binaan

Salah satu bentuk kerukunan di Kampung Susuru terlihat ketika hari-hari besar keagamaan seperti Lebaran dan Natal. Masyarakat tetap menjaga dan menghormati.

“Kalau hari Lebaran kami sowan ke warga muslim. Begitu juga ketika saya merayakan Natal, biasanya saya mengundang seluruh unsur masyarakat, baik dari kecamatan dan desa. Jadi kita tidak membeda-bedakan,” terangnya.

Baca Juga: Belajar Toleransi, Puluhan Pelajar SD Yos Sudarso Tasikmalaya Kunjungi Kampung Kerukunan Ciamis

Kerukunan umat beragama di Dusun Susuru ini bukan hasil dari suatu pembinaan, melainkan hasil kesadaran bersama yang sudah ada sejak dahulu secara turun temurun.

Paulus menyebutkan, umat Kristen Katolik di Dusun Susuru ini ada 109 orang dengan satu Gereja. Jumlah jemaat sebanyak itu, pihaknya masih merasa cukup untuk tidak menambah tempat ibadah lagi.

Usai berbincang cukup panjang dengan Pimpinan Gereja Katolik Santo Simon, tim harapanrakyat.com pun berpamitan. Namun tidak langsung pulang, karena sudah janjian pula dengan Ais Pangaping Bale Adat Sunda Wiwitan yang ada di Kampung Susuru, yaitu Suhia Sukmana.

Tiba di Bale Adat Sunda Wiwitan, Suhia Sukmana langsung menyambut ramah. Kemudian kami pun berbincang seputar Sunda Wiwitan dan Dusun Susuru sebagai salah satu Kampung Kerukunan Beragama di Kabupaten Ciamis.

Hidup Rukun Sudah Kewajiban

Suhia mengatakan, kerukunan umat beragama memang seharusnya ada di tengah masyarakat, agar bisa damai dan tentram dalam kehidupan sehari-hari.

Karena manusia punya rasa dan pikiran. Kalau sudah punya itu pasti akan tumbuh cinta, rasa, dan kedamaian dalam hidup.

“Ajaran disini selain menggali ajaran agama, juga tentang ajaran kemanusiaan. Ciri manusia itu punya welas asih, tata krama, budi basa, budidaya. Kalau tidak punya itu berarti manusia sudah ingkar dari kemanusiaannya, sudah memakai akhlak di luar kemanusiaan,” ucapnya.

Maka dari itu, akur dan rukun sudah menjadi kewajiban. “Budaya sopan santun, gotong royong, ramah-tamah, dan tata krama merupakan budaya bangsa Indonesia,” tambah Suhia Sukmana mengakhiri perbincangan kami.

Baca Juga: Tempat Makan Lesehan di Ciamis yang Nyaman dan Murah

Masih menyusuri Kampung Susuru, tim harapanrakyat.com selanjutnya berkunjung ke Pondok Pesantren Al Ikhlas, dan bertemu langsung dengan H Kurdi sebagai pimpinan ponpes tersebut.

Dalam perbincangan seputar keberagaman agama di Ciamis, H Kurdi mengatakan bahwa kerukunan masyarakat Susuru terjalin sangat baik sejak lama. Hanya saja dulu masyarakat di Susuru mayoritas muslim.

“Meskipun ada Islam, ada Katolik dan lainnya, kita hidup bernegara dan berbangsa. Kita harus menjalin kerukunan umat antar beragama,” katanya.

Menjaga Kondusifitas dengan Sikap Toleransi

Perwakilan Katolik dari FKUB Ciamis, Romo Gatot mengatakan, pada dasarnya hal-hal tentang moderasi, kerukunan umat beragama itu sudah pemerintah upayakan dan suarakan melalui Kementerian Agama.

Menurut Romo Gatot yang juga pengurus Gereja Santo Yohanes Ciamis, bahwa namanya kerukunan, perjumpaan antar tetangga, antar agama itu adalah hal yang baik.

“Harapannya apa yang kami lakukan di Ciamis ini bisa menginspirasi daerah lain. Supaya persaudaraan, khususnya dalam perbedaan yang menjadi ciri khas Indonesia bisa dilakukan di tempat-tempat lain,” tutur Romo Gatot.

BACA JUGA:  Shin Tae-Yong memanggil sebanyak 26 pemain, ini daftarnya

Ditemui terpisah, Pengurus MUI Kabupaten Ciamis, KH. Dr. Fadlil Yani Ainusyamsi menegaskan, toleransi antar umat beragama di Ciamis sangat baik. Hal tersebut berkat kerjasama yang solid dan adanya kesatuan sikap. Pada intinya selalu berkomunikasi.

“Dalam konsep Islam itu adalah silaturahmi. Kalau agama lain itu proses komunikasi. Komunikasi dan silaturahmi dipadukan jadi satu kesatuan. Dalam Islam juga harus menjaga ittihad dan wehda, artinya menjaga kesatuan dan persatuan,” terangnya.

Menjaga kesinambungan hubungan sosial yang baik dengan sesama umat beragama yang ada di Kabupaten Ciamis, salah satu wadahnya adalah FKUB dan MUI.

Dalam berkomunikasi pun tidak menyentuh nilai-nilai akidah dan tidak saling menyinggung keyakinan masing-masing. Mereka menjalankan ibadah dengan tenang.

Hal itu tercipata karena antar umat beragama di Ciamis memiliki satu kesamaan dalam menjaga kondusifitas dengan sikap toleransi.

Ang Icep panggilan akrab Fadlil Yani Ainusyamsi, yang juga pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Ciamis ini berpesan agar sesama umat beragama tetap menjaga kedamaian.

Perbedaan Anugerah dari Tuhan

Ketua DPRD Ciamis H. Nanang Permana, MH., menegaskan, Kampung Kerukunan di Kabupaten Ciamis sudah berjalan lama. Bahkan menjadi salah satu fakta sejarah tentang adanya kerukunan umat beragama.

Kehidupan yang rukun ini bukan hasil rekayasa. Toleransi antar masyarakat juga bukan karena ideologi. Meski secara formal berkaitan dengan Pancasila.

Kerukunan ini berjalan secara alami, masyarakatnya sadar bahwa perbedaan merupakan anugerah dari Tuhan.

“Konon kabarnya masyarakat tidak bisa hidup berdampingan lantaran berbeda agama. Nah, di Ciamis kita tunjukkan tentang adanya kehidupan yang rukun di masyarakat meski berbeda-beda keyakinan,” katanya.

“Kemudian saya berharap, jangan coba-coba ada tangan lain yang memperkeruh air yang sudah bening ini,” tandas Nanang.

Sementara itu, terkait keberagaman agama di Ciamis dalam sudut pandang akademi, keberadaan masyarakat seperti di Kampung Susuru dan Kampung Kerukunan yang ada di wilayah perkotaan, merupakan cermin bahwa di Ciamis ini masyarakat secara umum mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap keberagaman.

Keberagaman Faktor Penentu Kekokohan Masyarakat

Hal tersebut dikatakan Rektor Universitas Galuh Ciamis, Prof. Dr. Dadi, M.Si., terkait dengan keberagaman agama di Ciamis.

Menurutnya, semua itu adalah sumber daya yang tidak ternilai dan harus terpupuk dipertahankan. Agar kedepan menjadi contoh tentang bagaimana membina kerukunan antar umat beragama.

“Tentu saja kita harus mengapresiasi dan berharap pemerintah mampu menjaga keberagaman ini, begitu juga masyarakatnya,” katanya, Senin (14/8/2023).

Kemudian, dalam kontek lain sesuai dengan keilmuannya yaitu ekologi, keberagaman menjadi salah satu faktor penentu kekokohan.

“Kita tahu jika di lingkungan alam kita semakin beragam, maka ekosistem menjadi semakin kokoh. Kalau dalam dunia kemasyarakatan menghargai keberagaman lebih tinggi, memberikan keleluasaan berpendapat, kebebasan memilih. Maka kekokohan masyarakat kita dijamin tinggi,” jelas Dadi.

Data Umat Beragama di Ciamis

Jumlah penduduk Kabupaten Ciamis berdasarkan agama dan keyakinan tercatat sebagai berikut:

Kemudian, jumlah tempat peribadatan di Kabupaten Ciamis berdasarkan data BPS sebagai berikut:

Data tersebut berdasarkan yang tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ciamis tahun 2022. (Tim HR/R3/HR-Online/Editor: Eva)