Beranda Berita Nasional Pengamat Pangan Sebut, Kenaikan Harga Beras Picu Kekhawatiran Kalangan Rumah Tangga

Pengamat Pangan Sebut, Kenaikan Harga Beras Picu Kekhawatiran Kalangan Rumah Tangga

Pengamat-Pangan-Sebut-Kenaikan-Harga-Beras-Picu-Kekhawatiran-Kalangan-Rumah-Tangga.jpg

harapanrakyat.com,- Harga beras yang terus mengalami kenaikan signifikan telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Salah satu kelompok yang paling terdampak oleh lonjakan harga beras ini adalah rumah tangga.

Harga eceran besar beras premium di Jakarta, bahkan telah mencapai Rp17.000 per kilogram, naik hampir Rp5.000 dibandingkan dengan bulan Desember 2022. Lonjakan harga ini menjadi perbincangan hangat di masyarakat karena beras adalah makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

Salah satu penyebab utama kenaikan harga beras yang drastis adalah kenaikan harga gabah, baik Gabah Kering Panen (GKP) maupun Gabah Kering Giling (GKG).

Khudori, seorang pengamat pangan dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), mengungkapkan bahwa kenaikan harga beras juga disebabkan oleh pasokan yang terbatas. Hal ini terjadi karena musim panen utama pada Februari hingga Mei telah berlalu.

BACA JUGA:  Cara Nonton Live Streaming Timnas Indonesia vs Australia Kualifikasi Piala Dunia 2026

Khudori juga menyatakan keprihatinannya terkait prediksi musim kemarau yang lebih panjang dari biasanya, disebabkan oleh fenomena El Nino. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa musim kemarau tahun ini bisa berlangsung lebih lama. Hal ini berpotensi membuat harga beras semakin melonjak.

“Faktanya, mulai Oktober ini kita akan masuk ke dalam musim kemarau yang berarti produksi beras akan semakin terbatas. Dengan adanya kemungkinan El Nino yang memperpanjang musim kemarau, situasi ini berpotensi mengerek harga beras dan gabah ke level yang lebih tinggi,” ungkap Khudori.

Dalam situasi seperti ini, impor beras menjadi solusi jangka pendek untuk menahan kenaikan harga agar tidak semakin tinggi. Khudori berharap pemerintah pusat dan daerah segera mengambil berbagai langkah untuk menekan kenaikan harga beras dalam jangka pendek.

BACA JUGA:  30 Petugas Pertanian Jabar Asah Keterampilan Smart Farming di Bapeltan Cianjur

Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah mempercepat penanaman padi di daerah yang memiliki pasokan air. Memberikan bantuan bibit yang cepat tumbuh, dan menyiapkan lahan tambahan seluas 500 ribu hektar untuk penanaman padi baru.

Baca juga: Tingkatkan Pendapatan Petani, Kementan Dorong Hilirisasi Pertanian Skala Rumah Tangga

Harga Beras Naik, Invertensi Bansos Jadi Solusi

Selain itu, Khudori juga menyarankan agar pemerintah memastikan kuota impor beras sebanyak dua juta ton yang diberikan kepada Badan Urusan Logistik (Bulog) dapat direalisasikan sepenuhnya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pasokan beras di pasaran. Intervensi pemerintah melalui program bantuan sosial (bansos) juga dapat menjaga stabilitas harga beras.

Namun, penting juga untuk mencatat bahwa upaya diversifikasi pangan yang diharapkan bisa mengurangi permintaan terhadap beras belum sepenuhnya berhasil. Diversifikasi pangan adalah upaya untuk mendorong masyarakat untuk memvariasikan makanan pokok mereka agar tidak hanya terpaku pada satu jenis makanan. Meskipun konsep ini telah dibahas sejak beberapa waktu lalu, program diversifikasi pangan masih mengalami kendala dalam pelaksanaannya.

BACA JUGA:  Shin Tae-Yong memanggil sebanyak 26 pemain, ini daftarnya

Uli Arta Siagian, Manajer Kampanye Hutan dan Kebun WALHI Nasional, menjelaskan diversifikasi pangan harus mempertimbangkan cara tradisional masyarakat dan jenis tanaman lokal yang ditanam. Hanya dengan pendekatan yang holistik seperti ini, diversifikasi pangan dapat menjadi solusi yang efektif dalam mengatasi permasalahan ketersediaan beras.

Kendati demikian, usaha untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mengatasi krisis kenaikan harga beras harus terus dilakukan. Agar masyarakat Indonesia dapat menghadapi tantangan ini dengan lebih baik di masa depan. (R8/HR Online/Editor Jujang)