Beranda Berita Nasional Tabungan Siswa di Pangandaran Mandek, Guru Perlu Pembinaan Ekonomi

Tabungan Siswa di Pangandaran Mandek, Guru Perlu Pembinaan Ekonomi

Tabungan-Siswa-di-Pangandaran-Mandek-Guru-Perlu-Pembinaan-Ekonomi.jpg

harapanrakyat.com,- Masalah tabungan siswa di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat yang mandek menjadi perhatian sejumlah pihak. Jumlahnya yang besar, mencapai Rp 7,47 miliar membuat pembinaan terhadap ekonomi guru sangat penting.

Hal itu disampaikan oleh Bangi, salah seorang tokoh pendidikan di Pangandaran, bahkan Ia mengklaim sudah lama mengingatkan pihak terkait tentang pentingnya pembinaan ekonomi guru.

Menurutnya perlu ada pembinaan tegas, terkhusus bagi guru yang memiliki pinjaman baik di koperasi maupun langsung ke sekolah.

“Saya sudah setahun yang lalu berbicara sama Kepala Dinas, minta ada pembinaan tegas bagi guru-guru yang punya pinjaman supaya ada efek jera,” kata Bangi kepada harapanrakyat.com, Kamis (22/6/2023).

BACA JUGA:  7 Pondok Pesantren Terbaik dan Terbesar Di Subang 2024, Cek No. 4

Baca Juga : Uang Tabungan Siswa SD di Pangandaran Rp 7,47 Miliar Tak Bisa Diambil

Ia mengungkapkan, persoalan tabungan siswa di Pangandaran yang mandek ini akibat lemahnya pembinaan ekonomi guru. Sebab, masalah ini sudah tahun ke 3 sejak permasalahan muncul dan masih terulang seperti tahun sebelumnya.

“Mestinya kalau alasannya belum ada regulasi tentang tabungan siswa yang dikelola oleh guru di sekolah, mudah-mudahan permasalahannya segera terselesaikan,” ujar Bangi.

Selain Soal Tabungan Siswa Mandek, Pinjaman Bank jadi Perhatian

Wakil Ketua Koperasi Tugu Cijulang, Sobirin menyampaikan hal senada, Ia berharap ada pembinaan ekonomi bagi para guru yang juga anggota koperasi itu. Menurutnya, hal tersebut sangat jarang dan hampir tidak pernah ada.

BACA JUGA:  Rumah Nenek Satinah di Subang Terancam Ambruk, Relawan Harap Ada Donatur yang Peduli

“Pembinaan bidang akademik itu sudah biasa, tapi terkait mental ekonomi guru sebagai anggota jarang dan hampir tidak pernah ada pembinaan terkait itu,” tuturnya.

Terlebih lagi, lanjutnya, sekarang sedang gencar penerapan kurikulum merdeka dan pembinaan secara terus-menerus, sementara yang sifatnya internal guru jarang tersentuh.

“Hal-hal yang sifatnya menyangkut internal ekonomi dan kepribadian guru sendiri jarang tersentuh,” lanjut Sobirin.

Baca Juga : Duduk Perkara Uang Tabungan Siswa di Pangandaran Raib, Alasannya Bakal Bikin Bung Hatta Nangis

Masih menurut Sobirin, plafon pinjaman guru di bank yang mencapai 90 persen juga menjadi persoalan. Sebab, dengan plafon sebesar itu bisa menghabiskan gaji guru.

BACA JUGA:  Mungkinkah Indonesia Menjadi Kejutan di Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026?

Ia menjelaskan, dengan plafon 90 persen maka jika gaji guru Rp 4 juta sisanya hanya Rp 100 ribu setiap bulan. Gaji sebesar itu tidak realistis untuk biaya hidup keluarga.

“Sisa uang gaji sebulan hanya Rp 100 ribu, kan tidak rasional. Maka perlu adanya pembinaan dalam bidang ekonomi internal guru tersebut,” jelasnya.

“Terkait ini, pernah Ketua PGRI menyampaikan ke pihak Bank, memohon agar pelayanan plafon pinjaman tidak menghabiskan gaji guru.” Pungkasnya. (Madlani/R12/HR-Online/Editor: Rizki)