harapanrakyat.com,- Situs Dalem Kanduruan yang berada di wilayah Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat, tepatnya di Sukahurip, Desa Sukamukti, menjadi tempat menghilangnya pasukan Kerajaan Mataram dari kejaran tentara Belanda.
Hal itu berdasarkan penelusuran sejarah dari riwayat para leluhur yang tertulis dalam buku Yuganing Raja Kawasa, terkait dengan sejarah penyebaran agama Islam di Banjar pada zaman Kerajaan Mataram Islam.
Juru kunci atau kuncen Situs Dalem Kanduruan, Surahman, mengatakan, selain menyebarkan ajaran Islam di Banjar. Ulama Mataram Adanaya Saka Sari Kusumah kala itu juga berjuang melawan penjajah Belanda.
Konon pada saat itu ia bersama rombongannya menghilang dari kejaran tentara Belanda. Hingga kini lokasi menghilangnya di Dusun Sukamukti terkenal dengan sebutan Situs Kanduruan.
“Ketika menjalankan tugasnya dalam penyebaran agama Islam di Banjar, perjuangan Dalem Adanaya dan pasukan Kerajaan Mataram lainnya tidak berjalan mulus,” tutur Surahman, Sabtu (17/06/2023).
Karena, lanjut Surahman, perjuangan Dalem Adanaya tak hanya mendapat tantangan dari warga pribumi Banjar saja yang kala itu notabenenya beragama Hindu. Tetapi tantangan yang sangat besarnya yaitu melawan tentara kolonial Belanda.
Baca Juga: Sejarah Situs Dalem Kanduruan di Kota Banjar, Penyebar Islam dari Mataram
Tempat Menghilangnya Pasukan Kerajaan Mataram di Banjar
Pada sekitar tahun 1677, Dalem Adanaya bersama pasukan Mataram lainnya mendapat tugas dari Kerajaan Mataram untuk membantu penyerangan terhadap tentara Belanda.
“Dalam perjuangannya tersebut, Dalem Adanaya terdesak oleh pasukan tentara Belanda sampai ke tempat dimana beliau tinggal,” papar Surahman.
Karena posisinya terdesak, maka dengan kekuatan ilmu yang ia miliki Dalem Adanaya dan pasukannya menghilang dari dunia nyata. Hingga pasukan Belanda tidak bisa melihatnya. Sampai sekarang tempat tersebut kemudian dinamakan Situs Dalem Kanduruan.
“Sekarang tempat menghilangnya Dalem Adanaya Saka Sari Kusumah dan pengikutnya dinamakan dengan Situs Dalem Kanduruan,” terang Surahman.
Sementara itu, Kepala Desa Sukamukti Budi Haryono mengatakan, sampai saat ini warga masyarakat masih merawat dan menjaga keberadaan Situs Kanduruan.
Warga dan pejabat pemerintah juga masih berkunjung atau berziarah ke Situs Kanduruan. Terutama ketika ada acara besar pada bulan Muharram.
“Situs masih kita jaga dan kita rawat. Untuk pengunjung kebanyakan warga sekitar. Belum lama ini kami juga bersama tokoh masyarakat dan pemerintah melakukan doa bersama di lokasi situs,” kata Budi. (Muhlisin/R3/HR-Online/Editor: Eva)