Beranda Berita Nasional Agresi Militer Belanda di Pangandaran, Pantai Timur Jadi Pelabuhan Kapal Perang Sekutu

Agresi Militer Belanda di Pangandaran, Pantai Timur Jadi Pelabuhan Kapal Perang Sekutu

Agresi-Militer-Belanda-di-Pangandaran-Tahun-1947.jpg

Pada tahun 1947 agresi militer Belanda terjadi di berbagai sudut wilayah pulau Jawa tak terkecuali dengan daerah Pangandaran, Jawa Barat.

Desa kecil yang langsung menghadap ke laut Selatan, ketika berada di masa agresi militer Belanda menjadi daerah pertahanan beberapa negara penjajah Indonesia. Antara lain yaitu pemerintahan Dai Nippon (Jepang) dan Belanda (Sekutu).

Menariknya sejumlah arsip sejarah menyebut pantai Timur Pangandaran pada zaman agresi militer Belanda menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal perang milik Sekutu.

Salah satu kapal perang Sekutu yang pernah berlabuh di sana yaitu kapal perang LST-Pelikan No. 627.

Baca Juga: Sejarah Bendungan Cikembulan Pangandaran, Proyek Terbesar Pemerintah Belanda

Kapal-kapal perang Sekutu yang berlabuh di pantai Timur Pangandaran merupakan kapal perang yang berisi logistik. Selain itu kapal-kapal tersebut juga sebagian berisi transportasi dan amunisi perang.

Artinya pantai Timur Pangandaran zaman itu menjadi titik utama tentara Sekutu berlabuh. Tujuannya jelas agar mereka bisa menyimpan senjata, mobil dan motor serta logistik di tempat aman tak rawan perang.

Sebab walaupun di Pangandaran ada beberapa peninggalan goa Jepang, daerah tersebut tidak pernah disambangi oleh para pejuang kemerdekaan.

BACA JUGA:  Isu Poligami dan Narkoba Bisa Rontokan Elektabilitas Kandidat di Pilkada Subang

Banyak kaum republiken yang lari ke arah Banjar, Ciamis, dan Tasikmalaya, sedangkan Pangandaran bebas dari kontak senjata.

Agresi Militer Belanda, Tentara Sekutu Bangun Pertahanan di Pesisir Pantai Pananjung Pangandaran

Melansir konten sejarah dalam YouTube channel @PangandaranAsyikChannel bertajuk, “Kisah Pangandaran dan Kapal Belanda Tahun 1947| In History”, tentara Sekutu datang ke Pangandaran dengan tujuan membangun pertahanan di tempat paling aman dari serangan musuh.

Daerah yang dibangun pertahanan oleh tentara Sekutu tersebut adalah beberapa titik wilayah di pesisir Pananjung, salah satunya area Cagar Alam Pangandaran hari ini.

Selain membangun benteng pertahanan, tentara Sekutu juga menjadikan wilayah Pangandaran sebagai latihan perang prajurit NICA.

Baca Juga: Sejarah Transmigrasi Orang Jawa Reang ke Pangandaran Abad 19

Tentara Sekutu mendirikan beberapa tempat olahraga sederhana seperti lapangan terbuka khusus untuk melatih kelenturan otot-otot tubuh prajuritnya.

Setelah membangun tempat olahraga para prajurit NICA juga berusaha merebut peta Pangandaran yang dibuat oleh Jepang. Mereka menguasai peta tersebut untuk mengontrol keadaan medan perang.

Konon dari situ awal NICA mengetahui basis-basis gerilyawan yang ada di sekitar Pangandaran. Akibat pengetahuan itu, NICA kemudian menggempur markas-markas gerilyawan hingga para pejuang republik tersebut lari ke arah Timur Pangandaran.

BACA JUGA:  Mungkinkah Indonesia Menjadi Kejutan di Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026?

Sebelum Agresi Militer Belanda, Pantai Timur PangandaranPernah Jadi Tempat Bersandar Kapal Perang Jepang

Tidak hanya oleh tentara Sekutu, pantai timur Pangandaran juga pernah menjadi tempat bersandar kapal-kapal perang milik Jepang.

Jepang datang ke Pangandaran pada awal tahun 1943, mereka menjadikan hutan Pananjung sebagai lokasi pemantau musuh. Maka dari itu banyak peninggalan-peninggalan Jepang yang saat ini masih tersisa di Pananjung.

Salah satu peninggalan Jepang saat itu adalah Goa dan bunker-bunker penyimpanan senjata. Prajurit Jepang membuat bangunan itu semua menggunakan tenaga paksa rakyat pribumi Pangandaran.

Konon ketika Jepang kalah dari Sekutu pada tahun 1945, sebelum meninggalkan Pangandaran mereka memasang ranjau tanam di beberapa titik pesisir.

Namun hal ini diketahui oleh mata-mata perang Sekutu sehingga saat mereka berlabuh di pantai Timur, tentara Sekutu menggunakan kapal kecil untuk mengecek terlebih dahulu keadaan tanah di depannya dan memastikan tidak ada ranjau yang aktif.

Baca Juga: Sejarah Pangandaran Pasca Pendudukan Jepang, Pemerintahan Pindah dari Ciamis ke Cilacap

BACA JUGA:  Rumah Nenek Satinah di Subang Terancam Ambruk, Relawan Harap Ada Donatur yang Peduli

Hutan Pananjung Jadi Tempat Penyimpanan Amunisi Perang

Sebagaimana di zaman Jepang dahulu, hutan Pananjung pada tahun 1947 juga dijadikan Sekutu sebagai tempat penyimpanan amunisi perang.

Tentara Sekutu memanfaatkan bunker-bunker dan goa-goa peninggalan Jepang jadi tempat penyimpanan senjata. Mereka simpan beberapa senjata cadangan untuk menghabisi kaum republik di wilayah Jawa Barat.

Selain itu hutan Pananjung juga menjadi garasi rahasia Sekutu menyimpan senjata dan transportasi perangnya. Kala itu banyak jeep dan truk-truk militer buatan Inggris yang terparkir di lapangan depan pantai Timur Pangandaran.

Begitu pula dengan kebutuhan logistik perang, tentara Sekutu mengamankan persediaan makan untuk prajuritnya di daerah Pangandaran. Tentara Sekutu memilih Pangandaran untuk mengemankan persediaan makan karena wilayahnya kala itu tidak banyak terjamah oleh masyarakat luas.

Maka dari itu risiko pencurian paksa dari tentara Republik akan senjata, transportasi, dan logistik perang kecil sekali kemungkinannya. Bagi tentara Sekutu hutan Pananjung adalah titik paling aman menimbun persediaan pokok selama perang berlangsung.

Alasan itu pula yang membuat Belanda menduduki Pangandaran saat agresi militer tahun 1947. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)