harapanrakyat.com,- Kesaksian Irawan, menantu sepasang lansia bernama Sajan (85) dan Darminah (83) yang meninggal setelah tebing setinggi 200 meter longsor dan menerjang rumahnya di Desa Cintawangi, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, sempat mendengar gemuruh.
Awalnya, Irawan mendengar gemuruh longsor pada dini hari sekitar pukul 02.00 WIB. Namun, saat itu Ia mengira gemuruh tersebut berasal dari depan rumahnya longsor.
“Ternyata tebing belakang dekat rumah bapak saya yang longsor,” katanya di lokasi longsor, Jumat (9/6/2023).
Baca Juga : Tebing Longsor Tewaskan Suami Istri di Karangnunggal Tasikmalaya
Saat kejadian, kondisi di lokasi longsor sangat gelap, karena lokasi rumah mertuanya itu jauh dari pemukiman warga lainnya. Bahkan, rumah anak korban sendiri berjarak ratusan meter dari lokasi.
“Kondisinya sangat gelap, rumahnya jauh, walaupun sempat berteriak minta tolong saat longsor, mungkin tidak akan terdengar,” ujar Irawan.
Oleh sebab itu, lanjutnya, pencarian korban Ia lakukan pukul 7 pagi hari, bersama dengan warga, TNI, Polisi, BPBD Tasikmalaya, Tagana dan pihak Desa Cintawangi. Setelah pencarian, korban ditemukan dalam keadaan sudah meninggal dunia.
“Nenek terkubur hanya terlihat kaki dan kepalanya, kakek tidak terkubur, tapi terseret longsor dari atas sampai ke pinggir sungai, tergeletak dekat pohon,” jelasnya.
Baca Juga : Pasutri yang Meninggal di Karangnunggal Tasikmalaya Tertimbun Longsor saat Tidur
Kemudian, Irawan menceritakan, mertuanya itu sudah tinggal berdua selama 20 tahun dalam rumah semi permanen di pinggiran tebing yang longsor. Keseharian mereka bertani dan beternak kambing.
Untuk menuju rumah lansia yang diterjang longsor itu, selain harus melewati jalan yang terjal dan melintasi anak sungai, juga terdapat anak tangga.
“Sudah pernah saya ingatkan supaya tidak tinggal di dekat tebing, tapi bersikukuh ingin tinggal dekat tebing tersebut.” Pungkasnya. (Apip/R12/HR-Online/Editor: Rizki)