harapanrakyat.com,- Anggota Komisioner KPU Kota Banjar, Jawa Barat Errie Hendriyati menyebut minimnya dukungan terhadap perempuan menjadi salah satu kendala bagi kaum perempuan dalam menduduki jabatan politik di DPRD (legislatif).
Hal itu ia ungkapkan saat diskusi publik Mubahatsah Peta Perjuangan Politik Perempuan di Indonesia dalam rangka menyambut Hari Kartini dan HUT PC Fatayat NU Kota Banjar di Saung Oemah, Selasa (10/4/23).
Baca juga: DPS Pemilu 2024 Terbanyak Perempuan, Ternyata Segini Jumlah Penduduk Kota Banjar
Errie mengatakan, dari keterwakilan perempuan yang duduk di legislatif, saat ini hanya terdapat dua orang perempuan yang terpilih. Salah satunya juga merupakan hasil pergantian antar waktu (PAW).
Menurutnya, jika melihat jumlah keterwakilan perempuan di legislatif dibandingkan dengan jumlah kursi di DPRD sebanyak 30 kursi. Maka presentasi keterwakilan perempuan baru tercapai sekitar 6 persen.
Padahal, bakal calon legislatif periode pemilu lalu jumlah calon legislatif keterwakilan perempuan cukup banyak.
Selain itu, jumlah pemilih perempuan di Banjar juga lebih banyak dari pemilih laki-laki.
“Jika di persentase keterwakilan perempuan di legislatif itu baru sekitar 6 persen. Sementara minimal keterwakilan perempuan itu 30 persen,” kata Errie.
“Tapi kalau di ruang publik yang lain seperti di pemerintahan kita lihat memang sudah merata,” katanya menambahkan.
Alasan minimnya perempuan dalam lembaga legislatif tersebut, lanjutnya, salah satunya karena calon legislatif perempuan kurang mendapat dukungan dari kalangan perempuan itu sendiri.
Kemudian, faktor kurangnya kepercayaan kaum perempuan dan laki-laki yang kadang dianggap lebih. Meskipun sama-sama memiliki kapasitas dan kompetensi yang memadai.
Sebab itu, ia menyarankan bagi kaum perempuan yang akan berkiprah di jalur politik untuk mendaftar dan meningkatkan kompetensinya supaya mendapatkan kepercayaan dari publik terutama kalangan perempuan.
“Di sini jelas terlihat kalangan perempuan sendiri tidak memilih keterwakilan perempuannya di DPRD. Kalaupun memiliki kapasitas atau kompetensi mereka kurang dukungan di lingkungannya,” ujar Errie. (Muhlisin/R6/HR-Online/Editor: Muhafid)