harapanrakyat.com,- Pemkab Pangandaran mengungkap kasus kematian akibat Leptospirosis di tahun 2023 mengalami penurunan, meski sebelumnya angka kasusnya cukup tinggi dari daerah lain.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran Yadi Sukmayadi melalui Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Aang Saefurahmat menjelaskan, hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan dari Puskesmas terkait kasus Leptospirosis.
Baca juga: Pangandaran Jadi Wilayah Terbanyak Kasus Kematian Akibat Penyakit Leptospirosis
Sehingga, ia mengklaim kasus tersebut sudah mengalami penurunan.
“Iya betul (tinggi, red) bila kita bandingkan dengan daerah lain di tahun 2022. Namun di tahun 2023 ini di kita turun drastis. Hingga Maret 2023 ini saja kita belum dapat laporan yang positif Leptospirosis dari Puskesmas,” terangnya, Jumat (10/3/23).
Meski begitu, kata Aang, di akhir tahun 2022 lalu pihaknya sudah mengambil berbagai langkah agar kasus tersebut tidak meningkat. Salah satunya penyediaan logistik rapid test Leptospirosis.
Kemudian, pihaknya juga meningkatkan kapasitas dan refresh wawasan tenaga kesehatan terkait leptospirosis.
“Selanjutnya kita melakukan upaya promotif dan preventif terkait leptospirosis. Lalu kita melakukan penelitian reservoir/tikus bersama BBTKL Jakarta dan kita kerjasama lintas sektor dengan dinas lain camat dan desa untuk meningkatkan kewaspadaan,” jelasnya.
Di tahun 2023 ini, lanjutnya, pihaknya bersama Kemenkes menunjuk 2 Puskesmas, yakni PKM Cijulang dan Kalipucang serta RSUD Pandega menjadi sentinel leptospirosis.
“Terkait juknis sentinel ini kami juga menunggu arahan dari kemenkes,” imbuhnya.
Selain itu, pihaknya juga mengharapkan adanya kebersamaan untuk mengantisipasi dan penanggulangan kasus kematian akibat leptospirosis.
Termasuk, kata Aang, harapan agar RSUD Pandega agar menyediakan fasilitas cuci darah untuk antisipasi pasien dengan gejala berat memerlukan itu. (Mad/R6/HR-Online/Editor: Muhafid)