harapanrakyat.com – Dinas Kesehatan Kota Bandung, Jawa Barat meningkatkan cakupan imunisasi difteri yang termasuk dalam vaksinasi imunisasi DPT.
Hal itu menyusul adanya laporan dua kasus difteri klinis pada awal 2023 meski hasilnya negatif. Kota Bandung terus melakukan pencegahan kasus difteri menyusul penetapan kasus difteri di Kabupaten Garut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung, Ira Dewi Jani mengatakan, kasus tersebut berkaitan dengan status epidemiologi di Kota Bandung.
Baca Juga : Selama Januari 2023 Dinkes Jawa Barat Temukan 11 Kasus Difteri
“Jadi kami sudah menindaklanjuti dengan melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan mengirimnya ke laboratorium pemeriksa dan pemeriksaan kultur. Alhamdulillah, hasilnya dari dua orang itu negatif (difteri),” ungkapnya di Kota Bandung, Selasa (28/2/2023).
Menurutnya, dengan hasil tersebut maka hingga saat ini pihaknya belum menemukan kejadian difteri di Kota Bandung.
Ia mengatakan, pencegahan kasus difteri ini bisa dengan imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus) pada saat anak usia di bawah satu tahun. Kemudian akan mengulangi lagi ketika anak usia sekolah.
“Untuk anak berusia di bawah satu tahun, imunisasi DPT-nya bisa sampai tiga kali, yaitu pada saat anak berusia dua bulan, tiga bulan, dan empat bulan,” ujarnya.
Kemudian ketika anak sudah berusia lebih dari setahun, maka dapat mengulangi imunisasi DPT pada umur 18 bulan. Dengan demikian, anak tersebut sudah memperoleh empat dosis.
“Saat anak memasuki usia sekolah, melalui kegiatan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) dengan sasarannya adalah anak SD kelas 1, 2 dan 5. Ketika itu, mereka dapat lagi imunisasi yang mengandung difteri,” katanya.
Cakupan Vaksinasi Imunisasi Difteri, Pertusis, dan Tetanus
Ira menjelaskan, jika anak lengkap imunisasinya atau sudah mendapat tujuh dosis DPT, hal tersebut sudah cukup untuk mencegah difteri. Sebab prinsip pencegahannya adalah dengan melengkapi dosis imunisasi.
Baca Juga : 8 Anak Meninggal Diduga Terjangkit Difteri, Dinkes Garut Gelar Imunisasi Massal
“Ketika pandemi Covid-19, semua layanan kesehatan terbatasi. Sehingga cakupan vaksinasi imunisasi DPT kita turun dari tahun sebelumnya,” ucapnya.
Oleh karena itu, saat cakupan imunisasi tidak sesuai dengan target, maka harus memperkuat surveilansnya. Sehingga kasus difteri bisa terdeteksi sedini mungkin.
“Kita punya tugas surveilans dan ada Permenkesnya yang mengatur tentang penyakit menular yang berpotensi wabah. Sebenarnya semua faskes harus mengamati dan memantau perkembangan penyakit yang berpotensi wabah,” tuturnya.
Sementara itu, untuk angka vaksinasi DPT di Kota Bandung, lanjutnya, momen Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) sangat membantu untuk mengejar ketertinggalan jumlah imunisasi DPT.
Ia menerangkan ada beberapa faktor yang membuat program BIAN belum menyentuh target. Di antaranya kondisi anak-anak yang tidak bisa imunisasi, karena faktor autoimun ataupun penyakit-penyakit lainnya.
“Selain rubella, kita ada vaksinasi DPT ini yang cukup membantu untuk mengejar ketertinggalan saat masa pandemi. Setelah terbantu dengan BIAN dan imunisasi rutin, kita ada di angka 89 persen dari target 95 persen,” tutur Kabid P2P Dinkes Kota Bandung ini. (Rio/R13/HR Online/Editor-Ecep)