Beranda Berita Nasional Kisah Nana, Sudah 48 Tahun Jualan Lahang di Tasikmalaya

Kisah Nana, Sudah 48 Tahun Jualan Lahang di Tasikmalaya

IMG_20230209_220101_sWjPuuxJ2W_71cw328U4c.jpeg

harapanrakyat.com,- Di bawah sinar mentari pagi, Nana (70) dengan penuh semangat memanggul sebuah bambu berisi lahang (minuman tradisional dari aren) jualan berkeliling menyusuri tempat keramaian Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Bambu berisi 3 liter lahang yang ia jual itu apabila habis bisa menghasilkan uang Rp 100 ribu. Lansia asal Desa Mandalagiri, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya ini telah menjadi penjual lahang sejak tahun 1975 atau sudah 48 tahun.

Di sela kesibukannya menjual lahang di Alun-alun Singaparna, Nana pun bercerita pengalamannya menjajakan minuman tradisional tersebut. Uang Rp 100 ribu dari hasil menjual lahang, hanya Rp 35 ribu saja yang ia bisa bawa pulang ke rumah untuk kebutuhan hidup sehari-hari bersama istrinya.

BACA JUGA:  30 Petugas Pertanian Jabar Asah Keterampilan Smart Farming di Bapeltan Cianjur

Nana membeli lahang dari orang lain dengan modal Rp 50 ribu. Kemudian untuk ongkos naik angkutan umum Rp 10 ribu dan Rp 5 ribu untuk makan. Meski penghasilan bersihnya tidak lebih dari Rp 50 ribu, namun Nana tetap bersemangat jualan. Agar masyarakat Tasikmalaya bisa tetap merasakan sensasi meminum lahang yang manis dan segar.

BACA JUGA:  Shin Tae-Yong memanggil sebanyak 26 pemain, ini daftarnya

Nana Jualan Lahang Door to Door

Dengan pengalamannya puluhan tahun, ia pun menawarkan lahang secara langsung hingga door to door.

“Saya jualan keliling sudah 1975. Satu bambu yang isinya 3 leter paling cuma Rp 100 ribu, Rp 50 ribu untuk modal, 10 ribu untuk ongkos naik angkutan umum, buat makan Rp 5 ribu jadi bawa uang ke rumah 35 ribu buat makan istri,” kata Nana, Kamis (9/2/2023).

Nana pun mengaku sudah puluhan tahun berumah tangga namun belum dikarunia anak. Bahkan istrinya pun sekarang sedang sakit darah tinggi.

BACA JUGA:  Cara Nonton Live Streaming Timnas Indonesia vs Australia Kualifikasi Piala Dunia 2026

“Saya mah hanya jualan saja. Alhamdulillah selalu habis tiap hari, tiap hari keliling jualan lahang, tidak punya anak pak, istri saya mah sakit darah tinggi,” katanya.

Nana tidak mematok harga saat menjual lahang tapi tergantung permintaan dari pembeli. Warga biasanya membeli dari mulai Rp 2 ribu sampai Rp 5 ribu.

“Lahang kalau tidak cepat habis nanti bisa basi. Jadi sejak pagi-pagi kalau bisa harus langsung habis,” pungkasnya. (Apip/R9/HR-Online/Editor-Dadang)