harapanrakyat.com,- SMA Negeri 2 Depok, Jawa Barat, sikapi tantangan diskriminasi dan intoleransi melalui Program Chandle. Makna dari Program Chandle adalah SMADA People. Program ini diikuti rohani Kristen (rohkris) di sekolah tersebut.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Cadisdik) Wilayah II Jawa Barat, Otin Martini mengatakan, Dinas Pendidikan Jawa Barat melalui Cadisdik Wilayah II Jabar berupaya membentengi siswa sekolah terbebas dari diskriminasi dan intoleransi.
Salah satu caranya yaitu dengan mewujudkan lingkungan belajar yang menjunjung tinggi HAM (hak asasi manusia), demokratis, nilai keagamaan. Serta nilai kultural dan juga kemajemukan bangsa.
Otin menegaskan, sekolah harus memfasilitasi setiap penganut agama tanpa ada diskriminasi. Hal itu sesuai dengan amanat UU Sisdiknas Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
“Dari mulai pemeluk agama minoritas hingga mayoritas mempunyai hak yang sama mendapatkan fasilitas serta kesempatan untuk menunjang kegiatan di sekolahnya,” ujar Otin.
Program Chandle SMA Negeri 2 Depok
Dalam menghadirkan toleransi tersebut, komitmen Cadisdik Wilayah II Jawa Barat salah satunya ditunjukkan melalui Program Chandle SMAN 2 Depok.
Baca Juga: Siswa SMKN 3 Bogor Punya Keahlian Rancang Busana Hingga Bikin Sirup
“Salah satu contohnya dalam pengimplementasian keadilan pada kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah yaitu melalui Program Chandle,” terangnya.
Upaya meminimalisir segala bentuk diskriminasi serta intoleransi itu tak hanya di SMA Negeri 2 Depok saja. Namun, pihaknya juga mendorong semua sekolah lingkup Cadisdik Wilayah II Jawa Barat, yang meliputi Depok dan Kota Bogor.
“Program Chandle ini merupakan tempat untuk para siswa SMAN 2 Depok yang beragama Katolik dan Kristen untuk beribadah, bersekutu. Menjalin kasih dan juga persahabatan,” jelas Otin Martin.
Kepala SMA Negeri 2 Depok, Wawan Ridwan menyebutkan, ada berbagai program kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah binaannya.
Berbagai kegiatan tersebut sudah berlangsung lama, seperti kegiatan rohani Islam (rohis), marawis, serta program Chandle.
Program Chandle Wadah Bagi Siswa Non Muslim
Khusus pada program Chandle ini menjadi wadah bagi siswa/siswi yang menganut agama Kristen dan Katolik. Program ini pun tak hanya mengikat satu angkatan.
Baca Juga: Pelaksanaan PPDB di Jawa Barat 2020/2021 Digelar Secara Daring Akibat Pandemi Covid-19
Melalui program Chandle juga sering terhubung dengan para siswa SMA Negeri 2 Bogor yang sudah lulus untuk memberikan bimbingan.
“Dalam beberapa kegiatan sering terjadi kolaborasi dan sinergi antara Chandle dengan Rohani Islam. Hal ini menjadi bukti toleransi di SMAN 2 Depok tinggi,” kata Wawan.
Selain itu, lanjutnya, toleransi agama juga terlihat dari formasi jabatan Ketua maupun Wakil Ketua MPK (Majelis Perwakilan Kelas) di SMAN 2 Depok.
Saat ini yang menjadi Ketua MPK adalah siswa beragama Islam, sedangkan Wakil Ketua MPK dari siswa non muslim.
Wawan juga mengatakan, tahun sebelumnya di SMA Negeri 2 Depok jumlah siswanya yang non muslim hanya ada 35 orang. Sedangkan, pada tahun ini meningkat sampai 66 orang.
Pihak sekolah pun mengatur jadwal pelajaran agamanya serta kegiatan lain yang menjadi pendukungnya.
Pembentukan Karakter
Baca Juga: Brondo Buatan Siswa SMKN 1 Ciamis Legitnya Lebih Spesial
Kemudian, pada program Chandle ada beberapa kegiatan keagamaan juga rutin digelar. Baik kegiatan hariannya, mingguan, bulanan sampai kegiatan tahunan.
Untuk kegiatan harian ada SaTe (Saat Teduh), kegiatan mingguan ada PJ (Persekutuan Jumat), dan PJ Spesial untuk kegiatan bulanan.
“Untuk PJ Spesial ini disertai dengan games. Kalau untuk kegiatan tahunannya, di SMA Negeri 2 Depok ada kegiatan Youth Camp, kemudian Natalan, serta Retreat,” terangnya.
Wawan juga menjelaskan, program Chandle bukan hanya sekedar tempat berorganisasi atau berkumpul saja. Tetapi berkaitan pula dengan upaya pembentukan karakter siswa.
Sekolah di Jabar Terdepan Perangi Sikap Intoleransi
Sementara itu, Kepala Disdik Jabar, Dedi Supandi mengatakan, pihaknya berharap semua sekolah yang ada di Jabar ini harus terdepan dalam upaya memerangi berbagai sikap intoleransi.
Kalau bisa menjaga toleransi, bukan tidak mungkin Indonesia pada tahun 2045 kelak menjadi sebuah negara adidaya.
Dalam hal semangat toleransi, kata Dedi, sekolah toleransi pertama di Indonesia salah satunya SMA Negeri 2 Depok.
“Sekolah toleransi ini bisa menjadi contoh bagi sekolah lainnya di Jawa Barat, dan Indonesia pada umumnya. Kami berharap ini dapat diimplementasikan ke setiap sekolah yang ada di Jawa Barat,” kata Dedi.
Ia menyebutkan, di Jawa Barat ini setidaknya ada 5.033 sekolah. Pihaknya pun berharap kedepan semua sekolah memasukan nilai-nilai toleransi ke dalam kurikulum melalui mata pelajaran PPKn.
Dalam pelajaran ini, khusus untuk sekolah tingkat SMA menyelipkan pula pendidikan antikorupsi. Penggagas pendidikan tersebut adalah MUI, KPK, dan Kejaksaan.
“Siswa-siswi, khususnya SMA, SMK serta SLB yang saat ini tengah menjalani pendidikan adalah Generasi Indonesia Emas. Oleh karena itu, tumbuhkan terus sikap toleransi,” pungkas Dedi. (R3/HR-Online/Editor-Eva)