Beranda Berita Subang 12 Kecamatan Tanpa SMA Negeri: Ketika Mimpi Anak Subang Terbentur Tembok Sekolah

12 Kecamatan Tanpa SMA Negeri: Ketika Mimpi Anak Subang Terbentur Tembok Sekolah

SMA Negeri di Subang
foto: ilustrasi

SUBANG – Bayangkan ini: semangat membara anak-anak Subang untuk sekolah tinggi-tinggi, eh, malah mentok di gerbang sekolah yang tak kunjung dibangun. Ibarat ingin naik pesawat, tapi bandara di kampung halaman belum juga muncul di peta!

Sampai tahun ajaran 2024/2025 ini, ada 12 kecamatan di Subang yang masih ‘puasa’ SMA Negeri. Alias, tak punya satu pun. Duh, padahal siswa-siswa di sana sudah siap berjuang demi seragam putih abu-abu. Tapi apalah daya, bangunan tempat menuntut ilmu belum juga jadi nyata.

Iwan Masna, praktisi pendidikan yang tak asing di jagat edukasi Subang, ikut bersuara. “Minat siswa di 12 kecamatan itu sangat tinggi, tapi tidak ada SMA Negeri di wilayah mereka. Ini menciptakan ketimpangan dan memaksa banyak siswa masuk SMK, meski sebenarnya ingin ke SMA,” katanya. Ugh, kebayang sedihnya—suka tapi tak bisa milih.

BACA JUGA:  Polres Subang Gagalkan Aksi Bobol ATM BJB, Rp 203 Juta Diselamatkan

Pemerintah sih sudah menunjuk beberapa SMA Negeri sebagai “sekolah penyangga”, berdasarkan SK Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah IV. Tapi ibarat tambal ban bocor, daya tampungnya cuma cukup buat segelintir siswa.

Coba lihat ini: kuotanya hanya 3 siswa per rombel. Kalau satu sekolah punya 12 rombel, maksimal cuma 48 siswa dari wilayah ‘tak berjodoh’ dengan SMAN yang bisa masuk. Sisanya? Ya terlempar ke zona galau pendidikan.

Buat yang penasaran, ini dia 12 kecamatan Subang yang masih menanti hadirnya SMA Negeri seperti menanti hujan di musim kemarau:
Cikaum, Cibogo, Pusakajaya, Ciater, Kasomalang, Sagalaherang, Dawuan, Tambakdahan, Cipunagara, Cijambe, Pagaden Barat, Sukasari, dan Legonkulon.

Kalau dilihat dari data PPDB 2024, situasinya bukan sekadar genting, tapi nyaris gawat darurat! Dari 6.854 pendaftar di 15 SMAN, cuma 4.789 yang berhasil masuk. Sisanya—sebanyak 2.065 siswa—harus gigit jari karena kuotanya udah kepenuhan.

BACA JUGA:  Subang Menyongsong Masa Depan: Dari Lumbung Padi ke Magnet Industri

Contoh ‘sengitnya’ persaingan:

  • SMAN 1 Cisalak, kuota 180, pendaftar 452 → 272 gagal
  • SMAN 3 Subang, kuota 396, pendaftar 617 → 221 gagal
  • SMAN 1 Ciasem, kuota 432, pendaftar 686 → 254 gagal

Dan jangan lupa, ini belum termasuk anak-anak dari 12 kecamatan ‘tanpa rumah’ itu. Mereka harus berjuang ekstra keras, bersaing di zona khusus yang super sempit, atau… ya sudah, pindah haluan ke SMK meskipun hati tak sepenuh itu.

“Pemerintah seolah-olah sedang merampas hak siswa untuk mendapatkan pendidikan sesuai minat dan potensi mereka. Jangan dulu bicara kualitas, saat ini saja banyak yang tidak punya pilihan,” tegas Iwan, penuh keprihatinan.

BACA JUGA:  Aksi Damai Buruh Subang: Suara Kuat di Hari Buruh Internasional

Solusi jangka panjang? Menurut Iwan, satu-satunya jalan adalah membangun SMA Negeri baru di setiap kecamatan yang belum punya. “Pemerataan pembangunan sekolah harus jadi prioritas. Kalau tidak, setiap tahun ribuan anak akan mengalami hal yang sama: tidak diterima di SMA, dipaksa masuk SMK, atau bahkan tidak melanjutkan pendidikan sama sekali,” ujarnya.

Pertanyaannya: akankah mimpi anak-anak Subang terus tertahan oleh dinding tak kasatmata bernama ‘akses pendidikan’? Ataukah pemerintah akan membuka mata dan hati, dan menjadikan pembangunan sekolah sebagai hadiah nyata, bukan sekadar janji?

Karena pada akhirnya, sekolah bukan hanya soal bangunan—tapi soal harapan.

Berita ini telah dimuat oleh portal berita Tintahijau.com dengan judul asli: “Darurat Pendidikan! Minat Siswa di 12 Kecamatan Tanpa SMA Negeri di Subang Sangat Tinggi!”