Subang – Siapa sangka, keluhan nyeri perut dan panggul kini jadi “langganan” utama Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Subang. Dalam laporan resmi Semester I Tahun 2025, tercatat 360 pasien datang tergopoh-gopoh membawa rasa nyeri yang bukan main. Bisa dibilang, perut kini bukan sekadar pusat pencernaan, tapi juga pusat kunjungan ke IGD!
Di peringkat kedua, hadir infeksi virus tidak spesifik dengan 150 kasus. Meski namanya ‘tidak spesifik’, dampaknya jelas bikin tubuh lemas dan butuh penanganan cepat. Lalu disusul duet penyakit yang tak kalah “ngeselin”: asma dan nyeri perut bagian atas—masing-masing mengantongi 88 kasus.
Berikut daftar 10 besar penyakit yang paling sering ditangani IGD RSUD Subang selama Januari hingga Juni 2025:
- Nyeri perut dan panggul (R10.0) – 360 kasus
- Infeksi virus tidak spesifik (B34.9) – 150 kasus
- Asma tidak spesifik (J45.9) – 88 kasus
- Nyeri perut bagian atas (R10.1) – 88 kasus
- Retensi urin (R33) – 81 kasus
- Nyeri perut lainnya (R10.4) – 75 kasus
- Nyeri pinggang bawah (M54.5) – 56 kasus
- Luka terbuka pada kaki (S91.3) – 50 kasus
- Kolik ginjal tidak spesifik (N23) – 47 kasus
- Demam tidak spesifik (R50.9) – 34 kasus
Bukan cuma daftar penyakit yang mengundang perhatian, tapi juga angka total kunjungan pasien. Selama enam bulan pertama 2025, RSUD Subang telah melayani 94.993 pasien! Bahkan pada Juni saja, pengunjung mencapai 16.394 jiwa—bisa bikin IGD serasa stasiun di jam sibuk!
Wakil Direktur Pelayanan RSUD Subang, dr. Douven Rini Damayanti, tak tinggal diam. Dalam apel pagi Senin (15/7/2025), beliau menegaskan pentingnya peningkatan kualitas pelayanan, mulai dari diagnosis hingga pendekatan penuh empati.
“Data ini harus menjadi bahan evaluasi kita semua. Kita harus tanggap, cepat, dan tepat dalam menangani pasien, serta terus meningkatkan kualitas pelayanan,” tegas dr. Rini.
RSUD Subang juga memberi pesan penting: jangan anggap enteng keluhan seperti nyeri perut, sesak napas, atau demam. Kalau dibiarkan, bisa jadi bom waktu kesehatan. Maka, segera periksakan diri jika gejala datang tanpa permisi!
Edukasi masyarakat pun digencarkan. Dari gaya hidup sehat, asupan gizi, hingga pemeriksaan rutin, semua jadi bagian dari strategi menekan angka kunjungan akibat penyakit yang sebenarnya bisa dicegah. Ingat, mencegah lebih murah daripada antre di IGD sambil pegang perut!